Hamas Ingin Perlucutan Senjata dalam Rencana Damai Trump Diubah

Hamas Ingin Perlucutan Senjata dalam Rencana Damai Trump Diubah

Novi Christiastuti - detikNews
Rabu, 01 Okt 2025 17:43 WIB
Masked militant from the Izzedine al-Qassam Brigades, the military wing of Hamas, waves the green flag of the Islamist group during a protest in support of Palestinian prisoners in Israeli jails, after Friday prayer in Nusseirat refugee camp, central Gaza Strip, Friday, Aug. 18, 2023. A thousand prisoners in Israeli jails started a mass hunger strike Friday in protest over harsh new Israeli prison measures. (AP Photo/Adel Hana)
Potret Brigade Al-Qassam, sayap bersenjata Hamas (dok. AP/Adel Hana)
Doha -

Para pejabat Hamas menginginkan amandemen terhadap klausul perlucutan senjata dalam rencana perdamaian Gaza yang diusulkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Kelompok yang menguasai Jalur Gaza itu dilaporkan terpecah saat mendiskusikan respons untuk usulan Trump.

Diungkapkan seorang sumber Palestina yang dekat dengan pimpinan Hamas, seperti dilansir AFP, Rabu (1/10/2025), para perunding Hamas sedang melakukan diskusi, pada Selasa (30/9), dengan para pejabat Turki, Mesir, dan Qatar di Doha.

Menurut sumber Palestina tersebut, Hamas membutuhkan waktu "paling lama dua atau tiga hari" untuk merespons rencana perdamaian yang diusulkan Trump.

Rencana perdamaian yang diusulkan Trump itu mencakup seruan gencatan senjata, pembebasan semua sandera oleh Hamas dalam waktu 72 jam, pembebasan tahanan Palestina oleh Israel, perlucutan senjata Hamas, dan penarikan pasukan Israel secara bertahap dari Jalur Gaza.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu telah menyatakan dukungannya untuk usulan Trump tersebut.

ADVERTISEMENT

"Hamas ingin mengubah beberapa klausul, seperti klausul tentang perlucutan senjata dan pengusiran Hamas dan kader-kader faksinya," sebut sumber Palestina tersebut.

Para pemimpin Hamas, menurut sumber Palestina itu, juga menginginkan "jaminan internasional untuk penarikan sepenuhnya Israel dari Jalur Gaza" dan jaminan tidak akan ada pembunuhan di dalam maupun di luar wilayah tersebut.

Sedikitnya enam orang tewas dalam serangan Israel terhadap para pejabat senior Hamas di Doha yang sedang membahas proposal gencatan senjata sebelumnya pada bulan lalu.

Ditambahkan sumber Palestina tersebut bahwa Hamas juga berkomunikasi dengan "pihak-pihak regional dan Arab lainnya", tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Hamas Terpecah Soal Respons terhadap Usulan Trump

Seorang sumber lainnya, yang mengetahui diskusi yang berlangsung, mengatakan kepada AFP bahwa Hamas terpecah terkait respons terhadap rencana perdamaian Gaza yang diusulkan Trump tersebut.

"Sejauh ini, terdapat dua pandangan di dalam kelompok Hamas: pandangan pertama, mendukung persetujuan tanpa syarat karena yang terpenting adalah mendapatkan gencatan senjata yang dijamin oleh Trump, dengan syarat para mediator menjamin implementasi rencana tersebut oleh Israel," kata sumber tersebut.

Namun pandangan lainnya, menurut sumber tersebut, memiliki "keraguan besar terhadap klausul-klausul penting" dalam rencana perdamaian itu.

"Mereka menolak perlucutan senjata dan menolak jika warga Palestina dibawa keluar dari Gaza," sebut sumber tersebut.

"Mereka mendukung perjanjian bersyarat dengan klarifikasi yang mempertimbangkan tuntutan Hamas dan faksi-faksi perlawanan, agar pendudukan atas Jalur Gaza tidak dilegitimasi, sementara perlawanan dikriminalisasi," jelasnya.

"Beberapa faksi menolak rencana tersebut, tetapi diskusi masih berlangsung dan semuanya akan segera menjadi lebih jelas," tandas sumber tersebut.

Simak juga Video: Ini Isi 20 Poin Proposal Trump terkait Penyelesaian Perang di Gaza

Halaman 2 dari 2
(nvc/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.

Hide Ads