Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam Hamas akan menghadapi konsekuensi parah, jika kelompok yang didukung Iran itu tidak menerima rencana perdamaian untuk Jalur Gaza dalam hitungan hari. Ancaman ini disampaikan Trump setelah memberikan ultimatum untuk Hamas.
Rencana perdamaian usulan Trump itu menyerukan Hamas untuk sepenuhnya melucuti persenjataan mereka dan akan mengeluarkan kelompok itu dari peran-peran dalam pemerintahan di masa mendatang.
Namun, kepada anggota-anggota Hamas yang bersedia untuk melucuti senjata dan "hidup berdampingan secara damai" di Jalur Gaza, akan mendapatkan amnesti.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hamas sejauh ini belum memberikan respons resmi. Seorang pejabat senior kelompok itu mengatakan bahwa tanggapan akan diberikan setelah mereka meninjau rencana perdamaian itu "dengan itikad baik", usai Qatar dan Mesir membagikan dokumen usulan Trump tersebut kepada mereka.
Ancaman terbaru Trump untuk Hamas, seperti dilansir AFP, Rabu (1/10/2025), disampaikan saat sang Presiden AS berpidato dalam pertemuan langka para jenderal dan laksamana AS di Quantico, Virginia, pada Selasa (30/9) waktu setempat.
"Kita akan mendapatkan satu tanda tangan yang kita butuhkan, dan penandatangan itu akan membayar di neraka jika mereka tidak menandatanganinya. Saya harap mereka menandatangani demi kebaikan mereka sendiri dan menciptakan sesuatu yang benar-benar hebat," kata Trump merujuk pada Hamas.
Trump sebelumnya menyampaikan ultimatum "tiga atau empat hari" untuk Hamas menanggapi rencana perdamaian Gaza yang diusulkan dirinya.
"Kita akan melakukannya sekitar tiga atau empat hari," ucap Trump kepada wartawan ketika ditanya soal jangka waktu ultimatumnya untuk Hamas.
"Kita hanya menunggu Hamas, dan Hamas akan melakukannya atau tidak. Dan jika tidak, itu akan menjadi akhir yang sangat menyedihkan," sebutnya.
Rencana perdamaian yang diusulkan Trump itu, terdiri atas 20 poin, mencakup seruan gencatan senjata, pembebasan semua sandera oleh Hamas dalam waktu 72 jam usai gencatan senjata disepakati, pembebasan tahanan Palestina oleh Israel, perlucutan senjata Hamas, dan penarikan pasukan Israel secara bertahap dari Jalur Gaza.
Beberapa poin penting lainnya mencakup pengerahan "pasukan stabilisasi internasional sementara", dan pembentukan otoritas transisi bernama "Board of Peace" atau Dewan Perdamaian yang dipimpin oleh Trump sendiri, dengan anggota beberapa tokoh lainnya termasuk mantan Perdana Menteri (PM) Inggris Tony Blair.
Negara-negara dunia, termasuk negara-negara Arab dan Muslim, menyambut baik proposal Trump tersebut. Netanyahu, dalam pernyataan yang disampaikan di samping Trump dalam pertemuan di Gedung Putih, telah mengatakan dirinya mendukung rencana perdamaian tersebut.
Saksikan Live DetikSore:
Tonton juga video "Trump Beri Hamas 4 Hari Untuk Setujui Proposal Perdamaian Gaza" di sini: