Kelompok Jihad Islam, sekutu Hamas, yang bertempur melawan Israel di Jalur Gaza mengutuk rencana perdamaian yang ditawarkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk mengakhiri perang Gaza.
Jihad Islam dalam tanggapannya, seperti dilansir AFP, Selasa (30/9/2025), menilai usulan Trump itu hanya akan memicu agresi lebih lanjut terhadap Palestina.
"Ini adalah resep untuk agresi berkelanjutan terhadap rakyat Palestina," sebut Jihad Islam dalam pernyataannya yang dirilis pada Senin (29/9) waktu setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Melalui ini, Israel berusaha -- melalui Amerika Serikat -- untuk memaksakan apa yang tidak dapat dicapainya melalui perang," tuding kelompok tersebut.
"Oleh karena itu, kami menganggap deklarasi Amerika-Israel sebagai formula untuk mengobarkan konflik di kawasan," tegas Jihad Islam dalam pernyataannya.
Rencana perdamaian yang diusulkan Trump itu mencakup seruan gencatan senjata, pembebasan semua sandera oleh Hamas dalam waktu 72 jam, perlucutan senjata Hamas, dan penarikan pasukan Israel secara bertahap dari Jalur Gaza.
Beberapa poin penting lainnya mencakup pengerahan "pasukan stabilisasi internasional sementara", dan pembentukan otoritas transisi yang dipimpin oleh Trump sendiri dan termasuk mantan Perdana Menteri (PM) Inggris Tony Blair.
Kelompok Hamas, dalam tanggapan terpisah, mengatakan mereka baru akan memberikan respons setelah menerima proposal resmi dari Trump.
"Kami akan merespons setelah kami menerimanya," kata seorang pejabat senior Hamas yang enggan disebut namanya.
Rencana perdamaian Trump itu menuntut para militan Gaza, termasuk Hamas, untuk sepenuhnya melucuti senjata dan dikeluarkan dari peran-peran dalam pemerintahan di masa mendatang, meskipun mereka yang setuju untuk "hidup berdampingan secara damai" akan diberikan amnesti.
Tonton juga video "Presiden Kolombia: Trump Pantas Dipenjara!" di sini: