Dukungan Negara-negara Bergema di PBB untuk Negara Palestina

Dukungan Negara-negara Bergema di PBB untuk Negara Palestina

Tim detikcom - detikNews
Rabu, 24 Sep 2025 05:35 WIB
Canadian Prime Minister Mark Carney addresses delegates during a high-level meeting of heads of state on a two-state solution between Israel and the Palestinians at United Nations headquarters in New York City, U.S., September 22, 2025. REUTERS/Eduardo Munoz
Foto: REUTERS/Eduardo Munoz
Jakarta -

Sejumlah negara memberikan dukungan untuk Palestina dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Mereka mengakui Palestina sebagai negara hingga mendesak konflik yang berkecamuk diakhiri.

KTT ini berlangsung di Markas PBB, New York, Amerika Serikat (AS), Senin (22/9/2025) siang waktu setempat. KTT ini diketuai oleh Prancis dan Arab Saudi dan disiarkan langsung melalui situs PBB.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Prancis Akui Negara Palestina

Salah satu negara yang memberikan dukungan yakni Prancis. Presiden Emmanuel Macron mengumumkan Prancis mengakui negara Palestina.

ADVERTISEMENT

"Hari ini, saya menyatakan bahwa Prancis mengakui Negara Palestina," ujar Macron.

Presiden Prancis Emmanuel MacronPresiden Prancis Emmanuel Macron Foto: Situs PBB

Macron mengatakan tujuan utama hadir di KTT untuk menciptakan kedamaian. Macron menyebut waktunya sudah tiba untuk perdamaian.

"Inilah alasan utama mengapa hari ini, di ruang sidang ini, kita harus membuka jalan bagi perdamaian," kata Macron.

"Inilah tanggung jawab kita, untuk melakukan segala daya upaya kita guna menjaga kemungkinan solusi dua negara," imbuhnya.

Indonesia Desak Peperangan Diakhiri

Dukungan serupa diungkapkan Presiden Prabowo Subianto dalam KTT PBB. Prabowo mendesak agar perang bencana kemanusiaan di Gaza, Palestina segera diakhiri.

"Kita harus menghentikan bencana kemanusiaan di Gaza. Mengakhiri perang harus menjadi prioritas utama kita. Kita harus mengatasi kebencian, ketakutan, dan kecurigaan. Kita harus mencapai perdamaian yang dibutuhkan umat manusia," kata Prabowo di KTT PBB soal solusi dua negara untuk Palestina, di Markas PBB, New York, Amerika Serikat (AS), Selasa (23/9).

Presiden Prabowo Subianto di PBB. (YouTube United Nations)Presiden Prabowo Subianto di PBB. (YouTube United Nations) Foto: Presiden Prabowo Subianto di PBB. (YouTube United Nations)

Prabowo menyoroti tragedi kemanusiaan yang terus berlanjut di Gaza. Prabowo menyebut konflik yang berkecamuk membuat ribuan nyawa melayang.

"Dengan berat hati, kami mengenang tragedi yang tak tertahankan dan berkelanjutan di Gaza. Ribuan nyawa tak berdosa-banyak di antaranya perempuan dan anak-anak, telah terbunuh. Kelaparan mengancam. Bencana kemanusiaan sedang terjadi di depan mata kita.

Prabowo mengutuk tindakan kekerasan terhadap warga sipil di Gaza. Prabowo menekankan tanggung jawab global terhadap situasi di Gaza.

"Kami mengutuk semua tindakan kekerasan terhadap warga sipil tak berdosa. Oleh karena itu, hari ini dengan bermartabat kami berkumpul untuk mengemban tanggung jawab historis kami. Tanggung jawab ini tidak hanya berbicara kepada negara Palestina, tetapi juga kepada masa depan Israel, dan juga kepada kredibilitas Perserikatan Bangsa-Bangsa," tutur dia.

Prabowo lantas menegaskan komitmen Indonesia terhadap Palestina. Prabowo mengatakan solusi dua negara akan menghasilkan perdamaian di Palestina.

"Kami mengutuk semua kekerasan terhadap warga sipil tak berdosa. Oleh karena itu, Indonesia sekali lagi menegaskan kembali komitmennya terhadap solusi dua negara untuk masalah Palestina. Hanya solusi dua negara inilah yang akan membawa perdamaian," tuturnya.

Spanyol Dukung Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Perdana Menteri (PM) Spanyol, Pedro Sanchez, ikut menyampaikan pidato dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) soal solusi dua negara untuk perdamaian Palestina. Sanchez mendukung Palestina menjadi anggota penuh PBB.

"Negara Palestina harus menjadi anggota penuh Perserikatan Bangsa-Bangsa," kata Sanchez di Markas PBB, New York, Amerika Serikat (AS) seperti dilansir AFP dan Aljazeera, Selasa (23/9).

Spain's Prime Minister Pedro Sanchez speaks during a United Nations Summit on Palestinians at UN headquarters during the United Nations General Assembly (UNGA) in New York on September 22, 2025. France and other countries prepared to recognize a Palestinian state as the UN's centerpiece diplomatic week got underway Monday, following a rash of Western governments in symbolically endorsing statehood and sparking Israel's wrath. (Photo by ANGELA WEISS / AFP)Spain's Prime Minister Pedro Sanchez speaks during a United Nations Summit on Palestinians at UN headquarters during the United Nations General Assembly (UNGA) in New York on September 22, 2025. France and other countries prepared to recognize a Palestinian state as the UN's centerpiece diplomatic week got underway Monday, following a rash of Western governments in symbolically endorsing statehood and sparking Israel's wrath. (Photo by ANGELA WEISS / AFP) Foto: AFP/ANGELA WEISS

Sanchez mengatakan KTT soal Palestina adalah tonggak sejarah. Namun, kata dia, pertemuan itu hanya permulaan.

"Konferensi ini menandai sebuah tonggak sejarah, tetapi ini bukanlah akhir dari perjalanan. Ini hanyalah permulaan," kata Sanchez.

Dia mendorong agar proses Palestina bergabung dengan PBB dilaksanakan secepat mungkin. Sanchez menyebut perdamaian di Palestina harus diwujudkan secepatnya.

"Proses agar Negara Palestina dapat bergabung dengan organisasi ini harus diselesaikan sesegera mungkin, setara dengan negara-negara lain," katanya.

"Kedua, kita harus mengambil langkah-langkah segera untuk menghentikan kebiadaban dan mewujudkan perdamaian," jelasnya.

Sanchez mengatakan solusi dua negara tidak mungkin tercapai "ketika penduduk salah satu dari kedua negara tersebut menjadi korban genosida".

Dia mengatakan rakyat Palestina sedang dibantai. Dia menyerukan kekerasan di Gaza segera dihentikan.

"Rakyat Palestina sedang dibantai, (maka) atas nama akal sehat, atas nama hukum internasional, dan atas nama martabat manusia, kita harus menghentikan pembantaian ini. Pada saat ini, bom terus berjatuhan tanpa pandang bulu terhadap penduduk sipil di Gaza," katanya.

Perdana Menteri Spanyol yang berhaluan kiri ini merupakan salah satu kritikus paling vokal atas serangan dahsyat Israel di Gaza yang dilancarkan sebagai respons atas serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.

Spanyol, bersama Irlandia dan Norwegia, telah mengakui negara Palestina pada bulan Mei.

Arab Saudi Ajak Semua Negara Akui Palestina

Menteri Luar Negeri (Menlu) Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan, mengajak semua negara untuk mengakui negara Palestina. Hal ini disampaikan setelah pengumuman resmi Prancis mengakui negara Palestina dalam forum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Pengakuan oleh Prancis itu disampaikan dalam konferensi internasional tingkat tinggi tentang implementasi solusi dua negara, yang digelar menjelang dimulainya Sidang Majelis Umum PBB di New York, Amerika Serikat (AS). Konferensi internasional itu diketuai bersama oleh Saudi dan Prancis.

"Kami mengajak semua negara lainnya untuk mengambil langkah bersejarah serupa yang akan berdampak besar dalam mendukung upaya implementasi solusi dua negara," kata Pangeran Faisal dalam forum tersebut, seperti dilansir Al Arabiya, Selasa (23/9).

Saudi Arabia's FM Prince Faisal bin Farhan speaks during a UN Summit on a two-state solution in New York, Sept. 22, 2025. (AFP)Saudi Arabia's FM Prince Faisal bin Farhan speaks during a UN Summit on a two-state solution in New York, Sept. 22, 2025. (AFP) Foto: AFP

Pangeran Faisal mengatakan bahwa posisi bersejarah Prancis untuk mengakui negara Palestina, serta banyak negara lainnya, "mencerminkan keinginan masyarakat internasional untuk menegakkan keadilan bagi rakyat Palestina".

Dia menambahkan bahwa Saudi ingin menindaklanjuti untuk memastikan implementasi hasil konferensi tersebut, termasuk mengakhiri perang Gaza.

Pangeran Faisal menegaskan kembali sikap Saudi yang menuntut solusi dua negara berdasarkan perbatasan tahun 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kota untuk negara Palestina.

Turki Kecam Ulah Israel

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam perang yang terus dikobarkan Israel di Jalur Gaza, dengan mengatakan bahwa tidak ada seorang pun yang memiliki hati nurani dapat menerima atau tetap diam menyaksikan genosida yang dilakukan Tel Aviv terhadap Palestina.

Erdogan juga memuji keputusan sejumlah negara, termasuk negara anggota Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), untuk secara resmi mengakui negara Palestina baru-baru ini.

Turkish President Recep Tayyip Erdogan speaks during a United Nations Summit on Palestinians at UN headquarters during the United Nations General Assembly (UNGA) in New York on September 22, 2025. France and other countries prepared to recognize a Palestinian state as the UN's centerpiece diplomatic week got underway Monday, following a rash of Western governments in symbolically endorsing statehood and sparking Israel's wrath. (Photo by Ludovic MARIN / AFP)Turkish President Recep Tayyip Erdogan speaks during a United Nations Summit on Palestinians at UN headquarters during the United Nations General Assembly (UNGA) in New York on September 22, 2025. France and other countries prepared to recognize a Palestinian state as the UN's centerpiece diplomatic week got underway Monday, following a rash of Western governments in symbolically endorsing statehood and sparking Israel's wrath. (Photo by Ludovic MARIN / AFP) Foto: Presiden Turki Erdogan (AFP/LUDOVIC MARIN)

Pernyataan itu, seperti dilansir media Turki, Daily Sabah dan TRT World, Selasa (23/9/2025), disampaikan Erdogan saat berpidato dalam konferensi internasional tingkat tinggi membahas Palestina dan implementasi solusi dua negara di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB di New York, Amerika Serikat (AS).

"Pembantaian di Gaza terus berlanjut dengan kekuatan penuh. Tidak seorang pun yang mendengarkan hati nuraninya dapat menerima apa yang terjadi, apalagi tetap diam dalam menghadapi genosida semacam itu," kata Erdogan dalam pidatonya pada Senin (22/9) waktu AS.

Menggarisbawahi meningkatnya resonansi global terhadap isu ini, Erdogan menambahkan: "Kenyataannya adalah bahwa saat ini perjuangan Palestina telah menjadi perjuangan bagi seluruh dunia."

Erdogan, dalam pidatonya, juga memuji negara-negara yang telah secara resmi mengakui negara Palestina. Baru-baru ini, sejumlah negara Barat seperti Inggris, Kanada, Australia, Portugal, dan Prancis memberikan pengakuan resmi terhadap negara Palestina.

Dia menyebut keputusan untuk memberikan pengakuan resmi bagi negara Palestina itu sebagai "tonggak penting" bagi solusi dua negara, dan merupakan "keputusan yang cukup penting, keputusan bersejarah".

"Saya mengucapkan selamat kepada negara-negara yang telah memutuskan untuk mengakui negara Palestina. Saya berharap langkah ini dan inisiatif serupa akan mempercepat terwujudnya solusi dua negara," kata Erdogan.

Dalam pidatonya, Erdogan menuduh pemerintahan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu berupaya menghalangi pembentukan negara Palestina.

"Tujuan pemerintahan Netanyahu adalah menghalangi pembentukan negara Palestina, untuk menggusur paksa sebanyak mungkin warga Palestina," sebutnya.

Mengacu pada sejarah negara Yahudi itu, Erdogan juga menyebut Israel yang dulunya korban Holocaust, kini justru melakukan genosida terhadap negara tetangganya sendiri.

"Pemerintahan Netanyahu, dari masyarakat yang pernah menjadi korban Holocaust, kini melakukan genosida terhadap negara-negara tetangga yang telah berbagi tanah dan air dengannya selama ribuan tahun," ucapnya.

Halaman 3 dari 5
(wnv/wnv)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.

Hide Ads