Perbatasan Thailand dan Kamboja kembali memanas, dengan Bangkok menuduh warga Kamboja yang berunjuk rasa di perbatasan telah melanggar wilayahnya dan melepaskan tembakan gas air mata serta peluru karet. Perdana Menteri (PM) Kamboja Hun Manet balik menuduh Thailand menggusur warganya di perbatasan.
Bentrokan terbaru, seperti dilansir AFP, Kamis (18/9/2025), terjadi di area perbatasan yang menjadi sengketa pada Rabu (17/9), dengan militer Thailand mengatakan bahwa para personelnya sedang memasang kawat berduri di perbatasan Sa Kaeo, ketika sekitar 200 warga Kamboja berkumpul untuk berdemo.
Diklaim oleh militer Thailand bahwa para demonstran Kamboja itu melemparkan batu dan benda-benda lainnya ke arah para tentaranya di perbatasan, sehingga tembakan gas air mata dan peluru karet pun dilepaskan ke arah demonstran Kamboja di sepanjang perbatasan yang menjadi sengketa kedua negara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Diperlukan penggunaan gas air mata dan peluru karet untuk mengendalikan situasi, dan membuat massa mundur dari area tersebut," kata militer Thailand dalam pernyataannya.
"Warga Kamboja telah melanggar wilayah Thailand, dan otoritas Kamboja tidak menghentikan mereka, itu adalah provokasi yang merupakan pelanggaran gencatan senjata," tegas militer Thailand.
Thailand dan Kamboja yang bertetangga telah menyepakati gencatan senjata pada akhir Juli lalu, setelah terjadi bentrokan berdarah selama lima hari yang menewaskan total sedikitnya 43 orang dari kedua belah pihak.
Insiden terbaru itu menandai pertama kalinya pasukan Thailand menggunakan gas air mata dan peluru karet di perbatasan sejak gencatan senjata disepakati.
Dalam tanggapannya, Kamboja mengecam tindakan pasukan militer Thailand di perbatasan, dengan Menteri Informasi Neth Pheaktra menyebut otoritas lokal melaporkan sedikitnya 23 warga Kamboja, termasuk seorang tentara dan seorang biksu Buddha, mengalami luka-luka.
Bentrokan terbaru itu disebut terjadi di wilayah perbatasan sisi Kamboja, tepatnya di Provinsi Banteay Meanchey.
"Ini merupakan pelanggaran gencatan senjata oleh pihak Thailand," tegas Pheaktra dalam pernyataan yang dirilis kepada media.
PM Kamboja Tuduh Thailand Gusur Warganya di Perbatasan
PM Kamboja Hun Manet mengirimkan surat ke Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres, yang isinya menyebut Thailand telah "memperluas zona konflik dengan memasang kawat berduri dan barikade".
Dia juga menuduh pasukan Thailand "secara paksa" menggusur warga sipil Kamboja dari "tanah yang telah lama mereka huni" di dua desa perbatasan di Provinsi Bantaey Meanchey sejak bulan lalu.
Diklaim oleh Hun Manet, dalam surat yang dirilis pada Kamis (18/9), bahwa lebih dari 20 keluarga Kamboja dicegah untuk kembali ke rumah-rumah mereka di area perbatasan yang disengketakan.
"Sebanyak 25 keluarga telah dihalangi dari rumah dan ladang mereka," tulis Hun Manet dalam suratnya untuk Sekjen PBB.
Dia menyebut juru bicara militer Thailand telah mengancam akan melakukan penggusuran lebih lanjut "yang berpotensi berdampak pada ratusan rumah tangga yang terdiri atas sekitar 1.000 jiwa".
Juru bicara militer Thailand Winthai Suvaree, dalam pernyataannya, menyebut warga-warga sipil Kamboja yang terlibat dalam bentrokan itu telah "secara sengaja dan secara ilegal menduduki wilayah Thailand untuk jangka waktu yang lama".
Winthai menuduh personel militer Kamboja gagal melakukan intervensi saat warga-warganya "membawa tongkat kayu panjang sebagai senjata darurat, menunjukkan niat untuk melukai para tentara Thailand dan melanggar pembatas Thailand".