Rayjyalaxmi Chitrakar, istri mantan Perdana Menteri (PM) Nepal Jhalanath Khanal, yang sempat dikabarkan tewas usai rumahnya dibakar para demonstran, ternyata masih hidup. Namun, dia saat ini dalam kondisi kritis di rumah sakit. Media lokal Nepal meralat laporan awal mereka yang menyebut Chitrakar telah berpulang.
Laporan sejumlah media lokal Nepal, termasuk Khabar Hub, sebelumnya menyebut Chitrakar tewas setelah kediamannya di area Dallu di ibu kota Nepal, Kathmandu, dibakar oleh para demonstran ketika unjuk rasa berubah jadi kerusuhan di negara tersebut pada Selasa (9/9) waktu setempat.
Khabar Hub yang mengutip sumber pihak keluarga sebelumnya melaporkan, Chitrakar terjebak di dalam rumahnya yang dibakar demonstran dan dilarikan ke Rumah Sakit Luka Bakar Kirtipur dalam kondisi kritis. Namun, dia meninggal dunia akibat luka bakar yang dideritanya selama perawatan medis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun belakangan, seperti dilansir media lokal India, First Post, Jumat (12/9/2025), Khabar Hub dan surat kabar Nepal, Kantipur, merilis laporan terbaru mereka yang menyebut bahwa Chitrakar mengalami luka-luka dan sedang menjalani perawatan medis.
Laporan terbaru Khabar Hub, yang mengutip sumber keluarga, menyebutkan bahwa Chitrakar dalam kondisi kritis, dengan luka bakar di beberapa bagian tubuhnya dan kerusakan serius pada paru-parunya.
Serangan terhadap rumah Chitrakar menjadi bagian dari rentetan tindak kekerasan yang melanda Nepal. Para demonstran yang marah dengan pemblokiran media sosial dan memprotes maraknya korupsi, menyerang gedung-gedung pemerintah, rumah politisi, dan kantor partai politik, serta membakarnya.
Khanal, suami Chitrakar, menjabat PM Nepal selama enam bulan pada tahun 2011 lalu.
Unjuk rasa ricuh di Nepal diawali oleh aksi memprotes pemblokiran akses media sosial, seperti Facebook, X dan YouTube, di negara tersebut. Pemblokiran dilakukan karena perusahaan media sosial itu gagal mendaftar dan tunduk pada pengawasan pemerintah Nepal.
Pemblokiran itu telah dicabut pada Senin (8/9) malam, namun unjuk rasa tidak mereda. Unjuk rasa justru menjadi ricuh dan semakin melebar menjadi kritikan yang lebih luas terhadap pemerintah Nepal dan tuduhan korupsi di kalangan elite politik negara tersebut.
Situasi semakin memburuk ketika para personel Kepolisian Nepal melepas tembakan ke arah para demonstran, hingga menewaskan sedikitnya 22 orang -- menurut data BBC. Para demonstran yang marah dengan kematian sesama demonstran makin menggencarkan aksi rusuh mereka.
Saat situasi semakin memanas, PM Khadga Prasad Sharma Oli mengumumkan pengunduran dirinya pada Selasa (9/9) waktu setempat. Namun, pengunduran dirinya itu tidak cukup untuk meredam kemarahan warga Nepal.
Simak juga Video: Mencekam! Istri Eks PM Nepal Tewas Usai Rumah Dibakar Demonstran