Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memuji tonggak sejarah bagi Turki dengan penyerahan sistem pertahanan udara "Steel Dome" atau Kubah Baja kepada militer. Dia mengatakan bahwa konflik regional telah mendorong pemerintah Turki untuk meningkatkan kemampuan pertahanannya.
"Hari ini kita menyerahkan sistem (Steel) Dome kepada militer kita yang terdiri dari 47 kendaraan senilai US$460 juta (sekitar Rp 7 triliun), yang akan menumbuhkan rasa percaya diri di antara kawan dan rasa takut di antara lawan," kata Erdogan dalam sebuah seremoni pada Rabu (27/8) waktu setempat, setahun setelah proyek tersebut diluncurkan, dilansir kantor berita AFP, Kamis (28/8/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sistem ini akan membawa perubahan besar bagi pertahanan udara Turki. Ini adalah titik balik bagi Turki," ujarnya dalam seremoni di kantor pusat perusahaan pertahanan raksasa Turki, Aselsan, untuk menandai penyerahan proyek yang dipimpin oleh perusahaan-perusahaan pertahanan milik negara.
Sebelumnya pada Agustus tahun lalu, pemerintah Turki mengumumkan rencana untuk membangun sistem pertahanan udara berlapis-lapis guna melindungi wilayah udara Turki. Sistem itu terinspirasi dari Iron Dome milik Israel yang terkenal. Oleh Turki, sistem itu diberi nama Steel Dome.
"Konflik-konflik baru-baru ini di sekitar kita telah menunjukkan pentingnya sistem radar dalam mendeteksi ancaman yang datang dari udara," ujar Erdogan.
"Kecuali suatu negara dapat mengembangkan radar dan sistem pertahanan udaranya sendiri, ia tidak dapat menatap masa depannya dengan percaya diri dalam menghadapi tantangan keamanan saat ini, terutama di kawasan kita," kata Erdogan.
"Kita menyadari pentingnya untuk tidak membiarkan apa pun terjadi secara kebetulan... Dengan Steel Dome, kita sekarang akan berada di kelas yang berbeda dalam hal pertahanan udara," imbuh pemimpin Turki itu.
Erdogan juga meresmikan pembangunan basis teknologi raksasa senilai US$1,5 miliar (sekitar Rp 24 triliun). Dia menyebutnya sebagai "investasi industri pertahanan terbesar yang pernah dilakukan dalam satu kejadian dalam sejarah republik ini."
Menurut Erdogan, fasilitas tersebut akan menjadi pusat pertahanan udara terintegrasi terbesar di Eropa, dan akan mulai beroperasi secara bertahap pada pertengahan tahun 2026. "Investasi ini akan menjadikan Turki bukan hanya pemain regional, tetapi juga pemain global dalam hal sistem pertahanan," tandasnya.
Melihat dari Udara Parahnya Kebakaran Hutan di Turki: