Pemerintah Venezuela menuduh Amerika Serikat (AS) telah "menculik" sebanyak 66 anak Venezuela, yang ditahan secara ilegal di wilayah AS setelah dipisahkan dari orang tua mereka selama proses deportasi berlangsung, saat Gedung Putih melakukan penindakan imigrasi dengan tegas.
Caracas, seperti dilansir AFP, Rabu (20/8/2025), menuntut agar puluhan anak-anak itu diserahkan kepada otoritas Venezuela agar mereka dapat dipulangkan.
"Kami mendapati 66 anak diculik di Amerika Serikat. Jumlahnya terus bertambah setiap hari... sebuah kebijakan yang kejam dan tidak manusiawi," kata Camila Fabri, presiden program Return to the Homeland milik pemerintah yang mengadvokasi pemulangan sukarela orang-orang yang meninggalkan negara tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia berbicara dalam sebuah acara di mana para perempuan membacakan surat kepada Ibu Negara AS Melania Trump untuk memintanya menjadi perantara bagi anak-anak tersebut, yang menurut mereka telah ditempatkan di panti asuhan.
Menurut badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), UNHCR, lebih dari 7,7 juta warga Venezuela telah meninggalkan negara tersebut sejak tahun 2014 -- eksodus penduduk terbesar dalam sejarah Amerika Latin baru-baru ini.
UNHCR menyalahkan "kekerasan yang merajalela, inflasi, perang antar geng, melonjaknya angka kejahatan, serta kekurangan makanan, obat-obatan, dan layanan penting".
Dalam beberapa tahun terakhir, warga Venezuela di AS diberikan status imigrasi sementara yang dilindungi, yang memungkinkan mereka untuk tinggal dan bekerja di negara itu selama jangka waktu tertentu.
Namun pemerintahan Presiden Donald Trump mencabut perlindungan tersebut sebagai bagian dari kampanye agresifnya untuk mendeportasi jutaan migran ilegal dari wilayah AS.
Departemen Keamanan Dalam Negeri AS belum memberikan tanggapan terhadap klaim pemerintah Venezuela tersebut.
Hingga saat ini, sebanyak 21 anak yang telantar telah dipulangkan ke Venezuela, termasuk seorang anak perempuan dari salah satu dari 252 warga Venezuela yang ditahan dalam penindakan keras imigrasi AS pada Maret lalu, yang dituduh terlibat aktivitas geng tanpa bukti dan dideportasi ke penjara El Salvador.
Fabri mengatakan bahwa sebanyak 10.631 warga Venezuela telah kembali ke negaranya pada tahun 2025, baik yang dideportasi dari AS maupun yang telantar di Meksiko.
Gedung Putih juga berselisih dengan Presiden Nicolas Maduro, yang menghadapi tuduhan perdagangan narkoba federal, dengan AS menetapkan imbalan sebesar US$ 50 juta, atau setara Rp 814 miliar untuk penangkapannya.
Simak juga Video: 238 Gangster Venezuela Kiriman Trump Tiba di Penjara El Salvador