Pemerintah Amerika Serikat (AS) menambah hadiah uang untuk penangkapan Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, yang menghadapi dakwaan perdagangan narkoba ke wilayah AS. Imbalan untuk penangkapan Maduro ditambah oleh Washington menjadi US$ 50 juta, atau setara Rp 815 miliar.
Otoritas Venezuela mengecam tawaran imbalan tersebut sebagai hal yang "menyedihkan" dan "konyol".
AS tidak mengakui dua kemenangan Maduro dalam dua pemilu sebelumnya, dan menuduh pemimpin Venezuela itu memimpin geng penyelundup kokain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengumuman penambahan imbalan untuk penangkapan Maduro itu disampaikan oleh Jaksa Agung AS, Pam Bondi, dalam pernyataan video yang diposting ke media sosial, seperti dilansir AFP, Jumat (8/8/2025).
"Hari ini, Departemen Kehakiman dan Departemen Luar Negeri mengumumkan hadiah bersejarah sebesar US$ 50 juta untuk informasi yang mengarah pada penangkapan Nicolas Maduro," ucap Bondi dalam pernyataan video yang dirilis pada Kamis (7/8) waktu setempat.
"Dia merupakan salah satu pengedar narkoba terbesar di dunia dan merupakan ancaman bagi keamanan nasional kita," sebutnya.
Imbalan itu bertambah banyak jika dibandingkan dengan imbalan yang ditawarkan AS pada Januari lalu, yang mencapai US$ 25 juta (Rp 407,5 miliar).
Menteri Luar Negeri (Menlu) Venezuela, Yvan Gil, dalam tanggapannya menyebut imbalan yang ditawarkan Jaksa Agung AS itu "menyedihkan".
"Tabir asap paling konyol yang pernah kami lihat," ucapnya.
"Martabat tanah air kami tidak untuk dijual. Kami menolak operasi propaganda politik yang kasar ini," tegas Gil dalam pernyataan via Telegram.
Tahun 2020 lalu, selama masa jabatan pertama Presiden Donald Trump, pengadilan federal New York mendakwa Maduro dan beberapa pejabat tinggi Venezuela atas sejumlah tuduhan, termasuk berpartisipasi dalam konspirasi "narko-terorisme".
Departemen Kehakiman AS menuduh Maduro memimpin geng penyelundup kokain bernama "Kartel Matahari", yang mengirimkan ratusan ton narkotika ke wilayah AS selama dua dekade, dan meraup uang ratusan juta dolar Amerika.
Simak juga Video: Negaranya Perang, Warga Rusia-Ukraina di Bali Justru Jualan Narkoba