Geram, Eks PM Israel Bilang Netanyahu Jadikan Israel 'Negara Kusta'

Geram, Eks PM Israel Bilang Netanyahu Jadikan Israel 'Negara Kusta'

Novi Christiastuti - detikNews
Rabu, 06 Agu 2025 17:46 WIB
Israels new prime minister Naftali Bennett holds a first cabinet meeting in Jerusalem Sunday, June 13, 2021. Israels parliament has voted in favor of a new coalition government, formally ending Prime Minister Benjamin Netanyahus historic 12-year rule. Naftali Bennett, a former ally of Netanyahu became the new prime minister (AP Photo/Ariel Schalit)
Mantan PM Israel Naftali Bennett (dok. AP/Ariel Schalit)
Tel Aviv -

Mantan Perdana Menteri (PM) Israel, Naftali Bennett, melontarkan kritikan terhadap PM Benjamin Netanyahu dan pemerintahannya. Bennett menyebut Netanyahu telah mengubah Israel menjadi "negara kusta" dan menyebut status Tel Aviv di Amerika Serikat (AS), sekutu terdekatnya, "tidak pernah seburuk ini".

Kecaman Bennett yang menjabat PM Israel untuk periode singkat tahun 2021-2022 itu, seperti dilansir The Times of Israel dan Middle East Eye, Rabu (6/8/2025), disampaikan setelah dia melakukan rangkaian kunjungan selama 10 hari ke AS, termasuk ke New York dan Washington DC.

"Status Israel tidak pernah seburuk ini. Israel semakin dan semakin ditetapkan sebagai negara kusta di sini," tulis Bennett dalam pernyataan panjang yang diposting ke akun media sosial X miliknya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Istilah "negara kusta" yang disebut Bennett itu diduga merujuk pada perumpamaan untuk negara yang terisolasi dari negara-negara lainnya.

ADVERTISEMENT

Dalam pernyataannya, Bennett berpendapat bahwa Israel telah kehilangan dukungan dari Partai Demokrat dan bahkan Partai Republik yang menaungi Presiden Donald Trump, yang selama bertahun-tahun merupakan pendukung kuat Tel Aviv di AS.

"Meskipun beberapa anggota pemerintahan Trump yang masih bersimpati dengan Israel, terutama berkat Presiden Trump sendiri, banyak orang di sayap kanan di AS, termasuk gerakan MAGA (Make America Great Again), menjauhkan diri dari Israel," sebutnya.

"Bahkan mereka yang merupakan teman-teman kita pun kesulitan membela Israel," kata Bennett dalam pernyataannya.

"Kampanye 'kelaparan' di Gaza telah berkembang menjadi proporsi yang sangat besar, dan faktanya, bagi sebagian besar publik Amerika dan berbagai influencer, hal ini hampir menjadi kenyataan -- Israel lebih dipandang sebagai beban bagi AS dan rakyat Amerika," ujarnya.

Bennett menyoroti soal peningkatan antisemitisme di AS yang membuat banyak orang menyalahkan orang Yahudi untuk masalah-masalah yang dihadapi AS.

Dalam pernyataannya, Bennett menuduh pemerintahan Israel di bawah Netanyahu telah menimbulkan "kerusakan yang mengerikan" dan "masih belum memahami betapa besarnya bencana ini".

Dia juga menyalahkan para menteri radikal dalam kabinet Netanyahu, termasuk Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, yang disebutnya "terus mengoceh dan memicu kerusakan yang tak terbayangkan dengan kutipan-kutipan yang menghancurkan".

"Apakah Anda benar-benar berpikir bahwa apa yang Anda katakan dalam wawancara di Israel tidak terdengar di luar negeri?!" tanya Bennett dalam pernyataannya.

"Jika propaganda Netanyahu berhasil melawan musuh-musuh eksternal Israel bahkan hanya dengan sepersepuluh dari bakat, kecepatan, dan dedikasi yang mereka gunakan dalam mengoperasikan mesin propaganda melawan lawan-lawan politik mereka di dalam Israel, situasi kita akan luar biasa," imbuhnya.

Tonton juga video "Bisa-bisanya Netanyahu Bilang Tak Ada Kelaparan di Gaza" di sini:

Halaman 2 dari 2
(nvc/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads