Organisasi perdukunan terbesar di Korsel mencatat ada sekitar 300.000 orang yang mempraktikkan perdukunan di negara tersebut. Seorang "mudang" seperti Yang diyakini bertindak sebagai perantara antara dunia roh dan kehidupan sehari-hari.
Praktik perdukunan juga dikaitkan dengan dua pemakzulan presiden di negara tersebut. Park Geun Hye dicopot dari jabatannya tahun 2017 lalu dalam skandal penyalahgunaan pengaruh yang melibatkan berbagai klaim, termasuk keterlibatan dalam ritual perdukunan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yoon yang baru saja dicopot, bersama istrinya Kim Keon Hee, juga dituduh meminta bantuan dukun saat membuat keputusan, termasuk ketika menetapkan darurat militer yang kontroversial tahun lalu.
Selain Yang, dukun Korsel lainnya bernama Lee Dong Hyeon atau yang dikenal sebagai Ohbangdoryeong -- berarti "penjaga lima arah" -- mengatakan dirinya didekati beberapa politisi lokal setelah meramalkan kejatuhan dini Yoon sekitar tiga tahun lalu.
Ohbangdoryeong yang melakukan "ritual pedang" -- menjilati bilah pisau yang tajam dalam upaya menerima pesan dari para dewa, mengatakan dirinya tidak meyakini bahwa capres terdepan Lee akan membantu mengakhiri kekacauan politik Korsel.
"Hal-hal akan stabil selama dua tahun, tetapi kemudian akan terjadi pertumpahan darah - pembersihan politik," ucapnya memprediksi dengan muram.
Sesama dukun Korsel, Hong Myeong Hui, setuju bahwa masa-masa sulit mungkin akan datang bagi Korsel. Dia menyebut capres konservatif Kim Moon Soo memiliki "api yang tenang" dalam dirinya, namun capres liberal Lee memiliki "energi yang cepat dan menguras tenaga, seperti api liar di musim semi".
"Masa jabatannya akan penuh badai," prediksi Hong soal masa kepresidenan Lee nantinya. "Ramalan bukan untuk menyenangkan orang -- melainkan untuk kebenaran. Dan kebenaran bisa jadi tidak mengenakkan," ucapnya.
Terlepas dari semua prediksi itu, tidak peduli apakah ramalan para dukun tersebut benar atau tidak, yang jelas Presiden baru Korsel nantinya harus memimpin negaranya melewati masa pergolakan ekonomi, karena negara yang bergantung pada perdagangan itu menghadapi tarif tinggi dari Amerika Serikat (AS) sambil berjuang menghadapi permintaan yang lesu di dalam negeri.
Simak Video: Korsel Gelar Pilpres, Tempat Pemungutan Suara Diserbu Warga
(nvc/dhn)