Korban jiwa terus berjatuhan di Gaza akibat serangan-serangan Israel. Tim penyelamat mengatakan serangan Israel pada hari Senin (26/5) menewaskan sedikitnya 20 orang di sebuah sekolah Gaza yang menampung para pengungsi. Ini terjadi seiring militer Israel meningkatkan apa yang disebutnya sebagai serangan untuk menghancurkan kelompok Hamas.
"Setidaknya 20 martir diangkut (ke rumah sakit), sebagian besar dari mereka adalah anak-anak, dan lebih dari 60 orang terluka dalam pembantaian mengerikan oleh pendudukan (Israel) di Sekolah Fahmi Al-Jarjawi, yang menampung ratusan orang terlantar di lingkungan Al-Daraj di Kota Gaza," kata juru bicara pertahanan sipil Gaza, Mahmud Bassal kepada AFP, Senin (26/5/2025). Sebelumnya dilaporkan 13 orang tewas dalam serangan tersebut.
Militer Israel mengatakan telah menyerang para militan yang beroperasi di dalam pusat komando dan kendali Hamas dan Jihad Islam yang tertanam di area, yang sebelumnya berfungsi sebagai Sekolah 'Faami Aljerjawi' di wilayah Kota Gaza".
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sehari sebelumnya, serangan Israel menewaskan 22 orang dan melukai puluhan orang lainnya di Gaza, kata badan pertahanan sipil Gaza.
Israel telah memperluas serangannya di Gaza, mengaktifkan puluhan ribu pasukan cadangan karena bertujuan untuk "mengalahkan Hamas".
Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang pemerintahannya sangat mendukung Israel dalam kampanye militernya, pada hari Minggu mengatakan dia ingin "melihat apakah kita dapat menghentikan seluruh situasi itu secepat mungkin".
Pada hari yang sama, ketika negara-negara Arab dan Eropa berkumpul di Madrid, Spanyol untuk mengakhiri konflik Gaza, Menteri Luar Negeri Spanyol Jose Manuel Albares menyerukan embargo senjata terhadap Israel. Ia juga menyerukan bantuan kemanusiaan untuk masuk ke Gaza "secara besar-besaran, tanpa syarat dan tanpa batas, dan tidak dikendalikan oleh Israel". Dia menyebut wilayah Palestina itu sebagai "luka terbuka" bagi manusia.
Para pemimpin dunia yang bertemu di Madrid pada akhir pekan, menyerukan diakhirinya perang yang "tidak manusiawi" dan "tidak masuk akal" di Gaza. Sementara organisasi-organisasi kemanusiaan mengatakan sedikitnya bantuan yang dilanjutkan tidak cukup untuk menghentikan krisis kelaparan dan kesehatan.