Perdana Menteri (PM) Peru Gustavo Adrianzen mengundurkan diri dari jabatannya menjelang mosi tidak percaya terhadapnya yang akan divoting di parlemen. Pengunduran diri Adrianzen diumumkan saat pemerintah Peru menghadapi tekanan yang meningkat atas lonjakan tindak kejahatan sarat kekerasan.
Adrianzen merupakan sekutu paling dipercaya oleh Presiden Dina Boluarte, yang pemerintahannya dituduh gagal mengatasi gelombang pembunuhan yang terkait dengan geng-geng kriminal yang gemar melakukan pemerasan.
Adrianzen yang berusia 58 tahun, seperti dilansir AFP, Rabu (14/5/2025), menyampaikan "pengunduran dirinya yang tidak dapat dibatalkan" kepada Boluarte dan jajaran menteri pada Selasa (13/5) waktu setempat. Momen ini terlihat dalam gambar yang disiarkan dari kantor pusat pemerintah Peru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ini menjadi babak terbaru dari kekacauan politik yang menyelimuti Peru, di mana Adrianzen merupakan PM ketiga pada era Boluarte selama kurang dari tiga tahun terakhir. Adrianzen yang mantan pengacara ini menjabat sejak Maret 2024 setelah pendahulunya mundur usai terjerat skandal memperjualbelikan pengaruh.
Para anggota parlemen dari sayap kiri dan sayap kanan telah menyerukan pencopotan Adrianzen atas penanganannya terhadap gelombang kekerasan geng kriminal yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang menyebabkan para tentara Peru dikerahkan dalam keadaan darurat.
Meskipun pemerasan menjadi masalah awam di seluruh negara Amerika Latin, kasus ini mencapai proporsi yang mengkhawatirkan di Peru. Fenomena pemerasan di Peru sebagian disalahkan pada geng-geng kriminal, seperti Tren de Aragua asal Venezuela yang beroperasi di beberapa negara Amerika Latin lainnya.
Lihat juga Video 'PM Modi soal Pakistan: Kami Mau Berdamai, Tapi...':
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.