Presiden Tunisia Pecat PM di Tengah Hantaman Masalah Ekonomi

Presiden Tunisia Pecat PM di Tengah Hantaman Masalah Ekonomi

Rita Uli Hutapea - detikNews
Jumat, 21 Mar 2025 14:10 WIB
Tunisias President Kais Saied speaks during the new government swearing-in ceremony at Carthage Palace on the eastern outskirts of the capital Tunis on September 2, 2020, following a confidence vote by parliament. - Tunisias parliament has approved a new technocratic government tasked with tackling deep social and economic woes in the North African country, ending weeks of uncertainty in the young democracy. Mechichi was confirmed by 134-67 votes in an overnight session to lead Tunisias second cabinet in six months, made up of judges, academics, civil servants and private-sector executives. (Photo by FETHI BELAID / AFP)
Presiden Tunisia Kais Saied (Foto: AFP/FETHI BELAID)
Jakarta -

Presiden Tunisia Kais Saied memecat Perdana Menteri (PM) Kamel Madouri pada Kamis (20/3) malam waktu setempat. Pemecatan ini dilakukan saat negara itu bergulat dengan sejumlah masalah ekonomi.

Dilansir kantor berita AFP, Jumat (21/3/2025), menurut pernyataan resmi dari kantor kepresidenan, Madouri, seorang teknokrat yang baru diangkat sebagai PM pada Agustus lalu selama perombakan kabinet besar-besaran, digantikan oleh Sarra Zaafrani Zenzri, yang sebelumnya menjabat sebagai menteri pekerjaan umum.

Sebelumnya, Saied telah menyatakan ketidakpuasannya dalam beberapa minggu terakhir dengan kinerja pemerintah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tunisia yang terlilit utang besar, terperosok dalam kesulitan ekonomi dan keuangan yang serius, dengan pertumbuhan ekonomi yang lambat dan pengangguran yang tinggi.

Presiden, yang memiliki kewenangan penuh untuk memberhentikan para menteri dan hakim, mengangkat Madouri sebagai perdana menteri pada Agustus 2024.

ADVERTISEMENT

Pada saat itu, ia juga mengganti 19 menteri lainnya, membenarkan keputusannya itu dengan menyebut soal "kepentingan tertinggi negara" dan keharusan "keamanan nasional".

Perombakan terbaru ini terjadi di tengah iklim politik yang tegang, dengan puluhan oposisi dipenjara, beberapa di antaranya selama dua tahun, serta pengusaha dan tokoh media.

Saied menjadi presiden pada tahun 2019. Ia melakukan perebutan kekuasaan besar-besaran pada tahun 2021, yang menurut para kritikus memicu kemunduran kebebasan dan hak demokrasi.

Namun, para pembela Saied mengatakan ia telah menepati janjinya untuk memerangi korupsi dan inefisiensi yang melanda Tunisia selama beberapa dekade.

Namun, negara Afrika Utara dengan lebih dari 12 juta penduduk ini, mengalami kekurangan bahan pokok seperti susu, gula, dan tepung secara sporadis. Angka pengangguran pun tinggi.

Pertumbuhan ekonomi tahunan Tunisia diproyeksikan hanya 1,6 persen untuk tahun 2025, menurut IMF.

Utang saat ini berkisar sekitar 80 persen dari PDB, dibandingkan dengan 67 persen sebelum Saied menjabat pada tahun 2019.

Saied terpilih kembali pada bulan Oktober 2024 dengan mayoritas lebih dari 90 persen, dalam pemilihan umum yang ditandai dengan jumlah pemilih kurang dari 30 persen.

Pada bulan Februari, ia memberhentikan menteri keuangan Sihem Boughdiri Nemsia, menggantikannya dengan hakim Michket Slama Khaldi.

Lihat juga Video 'Toko ZARA di Tunisia Didemo Aktivis Pro-Palestina Imbas Kontroversi Iklan':

Halaman 2 dari 2
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads