Dalam pernyataan terpisah pada Kamis (20/3) waktu setempat, seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Korut, yang tidak disebut namanya, mengecam latihan militer gabungan AS-Korsel sebagai "tidak lebih dari sekadar latihan perang agresi".
Pyongyang juga melakukan uji coba peluncuran rudal jelajah strategis di Laut Kuning pada akhir Februari, yang diklaim memamerkan "kemampuan serangan balik".
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Latihan "Freedom Shield" terbaru menampilkan latihan kolaboratif yang difokuskan pada penanggulangan senjata pemusnah massal, khususnya yang menargetkan ancaman nuklir, kimia, biologi, dan radioaktif.
Hubungan antara Korut dan Korsel berada pada salah satu titik terendah selama bertahun-tahun, dengan Pyongyang meluncurkan rentetan rudal balistik tahun lalu yang melanggar sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Badan intelijen Seoul dan negara-negara Barat lainnya menyebut lebih dari 10.000 tentara Korut dikirim ke Rusia tahun lalu untuk membantu melawan pasukan Ukraina di wilayah perbatasan Kursk. Laporan terbaru menyebut Pyongyang terus "memasok senjata, amunisi dan dukungan militer lainnya" ke Rusia.
Seorang pembelot Korut yang kini menjadi peneliti pada Institut Dunia untuk Studi Korut, Ahn Chan Il, mengatakan kepada AFP bahwa peluncuran terbaru Korut tampaknya merupakan "pengujian senjata untuk diekspor ke Rusia untuk digunakan di Ukraina".
Lihat juga Video: Kim Jong Un Pantau Uji Coba Peluncuran Rudal Jelajah Strategis
(nvc/ita)