Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa bersumpah bahwa pemerintahannya akan menuntut pertanggungjawaban dari siapa pun yang terlibat dalam aksi menyakiti warga sipil di negara tersebut. Sumpah ini disampaikan beberapa hari setelah rentetan tindak kekerasan mematikan melanda area pesisir Mediterania.
"Kita akan meminta pertanggungjawaban, dengan tegas dan tanpa keringanan, kepada siapa pun yang terlibat dalam pertumpahan darah warga sipil... atau siapa saja yang melangkahi kewenangan negara," tegas Al-Sharaa dalam pernyataan yang diunggah kantor berita SANA dan dilansir Al Arabiya, Senin (10/3/2025).
Dia menambahkan bahwa sebuah komite khusus akan dibentuk untuk "melindungi perdamaian sipil".
Al-Sharaa mengatakan bahwa Suriah sedang menghadapi upaya untuk menyeret negara tersebut kembali ke dalam perang saudara. Dia menegaskan bahwa "sisa-sisa rezim sebelumnya" tidak memiliki pilihan lainnya selain menyerahkan diri segera.
Ditegaskan juga oleh Al-Sharaa bahwa Suriah tidak akan membiarkan "kekuatan eksternal atau lokal" menyeretnya ke dalam kekacauan atau perang saudara.
Data terbaru yang dilaporkan kelompok pemantau konflik Suriah, Syrian Observatory for Human Rights, menyebut sedikitnya 830 warga sipil dari etnis Alawite tewas dalam "eksekusi mati" yang dilakukan oleh para personel keamanan atau petempur pro-pemerintah di Provinsi Latakia dan Tartus.
Alawite merupakan komunitas minoritas di Suriah yang menjadi asal mantan Presiden Bashar al-Assad, yang digulingkan dari pemerintahannya pada Desember lalu. Area Mediterania yang menjadi lokasi kebanyakan tindak kekerasan itu, merupakan jantung komunitas Alawite.
Lihat juga Video 'Mencekam Orang-orang Bersenjata Menyerang Restoran di Suriah':
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
(nvc/ita)