Warga Palestina menolak keras untuk meninggalkan Jalur Gaza meskipun wilayah itu mengalami kehancuran besar-besaran akibat perang antara Hamas dan Israel. Mereka mengecam rencana Trump untuk memiliki Gaza dan merelokasi warganya ke lokasi-lokasi lainnya.
Warga Gaza juga mengecam ancaman Trump soal kekacauan akan terjadi jika para sandera Israel yang tersisa tidak dibebaskan, setelah Hamas mengatakan akan menunda pembebasan sandera karena ada pelanggaran kesepakatan gencatan senjata oleh Israel.
"Apa yang lebih buruk dari yang sudah kami alami? Apa yang lebih buruk dari pembunuhan?" ucap seorang warga Palestina bernama Jomaa Abu Kosh, yang berasal dari Rafah, Gaza bagian selatan, seperti dilansir Reuters, Rabu (12/2/2025). Dia berbicara di samping rumah-rumah yang hancur akibat gempuran Israel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami dipermalukan, anjing jalanan menjalani kehidupan yang lebih baik dari kami," ujar seorang warga Gaza lainnya, Samira Al-Sabea.
"Dan Trump ingin menjadikan Gaza seperti neraka? Ini tidak akan pernah terjadi," tegasnya.
Di bawah gagasan Trump, sebanyak 2,2 juta jiwa penduduk Gaza akan direlokasi ke negara-negara lainnya dan AS akan mengambil alih kendali, bahkan mengambil alih kepemilikan atas Gaza, untuk mengembangkan wilayah Palestina itu secara ekonomi.
Baru-baru ini, Trump bahkan menyebut Gaza sebagai lokasi "pengembangan real estate untuk masa depan", dan menegaskan warga Palestina tidak memiliki hak untuk kembali berdasarkan rencana pengambilalihan yang dilakukan AS.
Lihat juga Video Trump soal Rencana Relokasi Warga Gaza: Mereka Hidup di Neraka
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.