Israel Larang Warga Lebanon Kembali ke Desa Perbatasan

Israel Larang Warga Lebanon Kembali ke Desa Perbatasan

Novi Christiastuti - detikNews
Jumat, 29 Nov 2024 13:44 WIB
People drive on the highway between Sidon and Tyre on November 27, 2024, as displaced people make their way back to their homes in the south of Lebanon after a ceasefire between Israel and Hezbollah took effect. (File photo: AFP)
Gelombang kendaraan memenuhi ruas jalanan menuju wilayah Lebanon bagian selatan usai gencatan senjata diberlakukan (dok. AFP)
Tel Aviv -

Militer Israel melarang warga sipil Lebanon untuk kembali puluhan desa perbatasan ke wilayah selatan negara tersebut, hingga pemberitahuan lebih lanjut, setelah kesepakatan gencatan senjata dengan Hizbullah diberlakukan.

Juru bicara militer Israel, Avichay Adraee, dalam pernyataan via media sosial, seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Jumat (29/11/2024), meminta warga sipil Lebanon untuk tidak kembali ke lebih dari 60 desa yang ada di wilayah selatan negara itu, yang berbatasan dengan Israel.

Disebutkan Adraee bahwa siapa pun yang bergerak ke wilayah selatan Lebanon, melebihi garis batas yang ditentukan, akan "menempatkan diri mereka dalam bahaya".

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Larangan ini diumumkan setelah militer Israel mengatakan pasukannya melepaskan tembakan, pada Kamis (28/11), ke arah apa yang mereka sebut sebagai "para tersangka" dengan kendaraan yang tiba di beberapa area di zona selatan Lebanon.

Militer Tel Aviv menyebut pergerakan semacam itu telah melanggar kesepakatan gencatan senjata yang sedang diberlakukan di Lebanon.

ADVERTISEMENT

Militer Israel juga mengumumkan telah menggempur fasilitas senjata Hizbullah di wilayah Lebanon bagian selatan, setelah mengidentifikasi apa yang mereka sebut sebagai "aktivitas teroris". Ini merupakan serangan pertama Tel Aviv di Lebanon sejak gencatan senjata berlaku mulai Rabu (27/11) pagi.

"Aktivitas teroris teridentifikasi di fasilitas yang digunakan oleh Hizbullah untuk menyimpan roket jarak menengah di Lebanon bagian selatan," sebut militer Israel dalam pernyataannya, sembari menyebut "ancaman tersebut telah digagalkan" oleh Angkatan Udaranya.

Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.

Dalam pernyataan terpisah, salah satu pejabat senior Hizbullah, Hassan Fadlallah, yang juga anggota parlemen Lebanon balik menuding Israel yang telah melanggar kesepakatan gencatan senjata tersebut.

"Musuh Israel menyerang orang-orang yang kembali ke desa-desa perbatasan. Saat ini ada pelanggaran yang dilakukan oleh Israel, bahkan dalam bentuk seperti ini," tutur Fadlallah saat berbicara kepada wartawan.

Militer Lebanon, dalam pernyataannya, juga menuduh Israel telah beberapa kali melanggar kesepakatan gencatan senjata pada Rabu (27/11) dan Kamis (28/11).

Aksi saling tuding antara Israel dan Hizbullah itu menyoroti rapuhnya kesepakatan gencatan senjata yang kini diberlakukan di Lebanon.

Kesepakatan yang dimediasi Amerika Serikat (AS) dan Prancis itu mewajibkan pasukan Hizbullah untuk mundur ke arah utara Sungai Litani, yang berjarak sekitar 30 kilometer dari perbatasan dengan Israel, dan membongkar infrastruktur militer mereka di wilayah Lebanon bagian selatan.

Ketentuan dalam perjanjian gencatan senjata itu juga mewajibkan pasukan Israel untuk menarik pasukannya secara bertahap, dalam periode waktu 60 hari, dari wilayah Lebanon bagian selatan.

Penarikan pasukan Israel itu dimulai ketika tentara-tentara Lebanon, dari Angkatan Bersenjata resmi negara itu, mulai dikerahkan untuk mengambil alih wilayah di dekat perbatasan dengan Israel, demi memastikan Hizbullah tidak membangun kembali infrastrukturnya di sana.

Halaman 2 dari 2
(nvc/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads