Seorang pria bersenjata tewas ditembak setelah insiden penembakan terjadi di dekat Kedutaan Besar Israel yang memiliki pengamanan ketat di Amman, Yordania. Tiga polisi Yordania mengalami luka-luka dalam insiden tersebut.
Laporan kantor berita Petra yang mengutip otoritas keamanan publik Yordania, seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Senin (25/11/2024), menyebut para personel kepolisian menembak seorang pria bersenjata yang menembaki patroli polisi di area Rabiah, Amman, pada Minggu (24/11) dini hari waktu setempat.
Motif di balik aksi penembakan itu belum diketahui jelas. Penyelidikan masih dilakukan oleh otoritas Yordania.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut sumber keamanan setempat, sang pria bersenjata yang menenteng senjata otomatis itu sempat dikejar setidaknya selama setidaknya satu jam sebelum dia terpojok dan dibunuh sebelum fajar menyingsing.
Menteri Komunikasi Yordania, Mohamed Momani, menggambarkan penembakan itu sebagai serangan teroris yang menargetkan pasukan keamanan publik di negara tersebut. Dia mengatakan bahwa penyelidikan atas insiden itu sedang dilakukan.
"Merusak keamanan negara dan menyerang personel keamanan akan ditanggapi dengan tegas," ucap Momani kepada Reuters, sembari menambahkan bahwa pria bersenjata itu memiliki catatan kriminal dalam kasus perdagangan narkoba.
Menurut para saksi mata, Kepolisian Yordania menutup area di dekat Kedubes Israel yang dijaga ketat setelah terdengar suara tembakan. Dua saksi mata mengatakan polisi dan ambulans bergegas ke distrik Rabiah, yang menjadi lokasi Kedubes Israel tersebut.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Area itu sering menjadi lokasi unjuk rasa menentang Israel. Yordania sendiri sudah beberapa kali menjadi lokasi unjuk rasa damai terbesar di kawasan Timur Tengah atas perang Israel melawan Hamas di Jalur Gaza.
Banyak 12 juta warga Yordania merupakan keturunan Palestina, di mana mereka atau orang tua mereka diusir atau kabut ke Yordania dalam pertempuran yang menyertai berdirinya negara Israel tahun 1948 silam. Banyak di antara mereka yang memiliki ikatan keluarga di sisi Sungai Yordania yang dikuasai Israel.
Perjanjian perdamaian Yordania dengan Israel tahun 1994 lalu tidak populer di kalangan banyak warga yang menganggap normalisasi hubungan sebagai pengkhianatan terhadap hak-hak warga Palestina.