Untuk kedua kalinya dalam delapan tahun, seorang wanita memenangkan nominasi partai Demokrat untuk menjadi calon presiden Amerika Serikat, tetapi gagal dalam kampanye yang menjadikan gender sebagai isu utama.
Seperti Hillary Clinton pada tahun 2016, Kamala Harris memiliki kesempatan untuk menjadi perempuan pertama yang menduduki Ruang Oval, tetapi gagal di rintangan terakhir.
Meskipun karisma lawan mereka -- Donald Trump, dalam kedua kasus -- jelas berperan dalam kekalahan bersejarah ini, banyak pengamat juga melihat misogini sebagai faktor.
Dilansir kantor berita AFP dan Al Arabiya, Kamis (7/11/2024), dalam kampanye mereka yang saling bertentangan, Harris dan Trump mengemukakan visi yang sangat berbeda tentang status dan hak-hak wanita.
Trump, yang telah menghadapi berbagai tuduhan penyerangan seksual yang dibantahnya, berusaha untuk menampilkan citra hipermaskulin, tampil bersama para seniman bela diri campuran dan memuji para pemimpin dunia yang otokratis.
Dia dan perwakilan kampanyenya juga membuat berbagai komentar, yang dikritik sebagai penghinaan atau penghinaan terhadap wanita.
Trump menyebut Harris "gila" dan "cacat mental," dan mengklaim bahwa Harris akan menjadi "seperti mainan" bagi para pemimpin dunia lainnya jika terpilih.
Simak Video 'Kamala: Banyak yang Merasa Kita Masuk Masa Gelap, Saya Harap Tak Terjadi':
(ita/ita)