Presiden Iran Masoud Pezeshkian menuduh Israel berniat menyeret kawasan Timur Tengah ke dalam perang besar-besaran dengan memprovokasi Teheran untuk ikut terlibat dalam konflik antara Tel Aviv dan Hizbullah. Pezeshkian memperingatkan konsekuensi yang "tidak dapat diubah" untuk Israel.
Peringatan itu, seperti dilansir Reuters, Selasa (24/9/2024), disampaikan Pezeshkian berbicara kepada sekelompok wartawan setibanya dia di New York, Amerika Serikat (AS), untuk menghadiri Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
"Kami tidak ingin menjadi penyebab ketidakstabilan di Timur Tengah karena konsekuensinya tidak akan bisa diubah," ucap Pezeshkian dalam pernyataannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami ingin hidup damai, kami tidak ingin perang. Israel-lah yang berupaya menciptakan konflik habis-habisan ini," tegasnya.
Pezeshkian juga menuduh komunitas internasional bungkam dalam menghadapi apa yang disebutnya sebagai "genosida Israel" di Jalur Gaza.
Dia mencetuskan penyelesaian konflik Timur Tengah melalui dialog setelah Israel melancarkan gelombang serangan udara yang intens terhadap target-target Hizbullah di Lebanon sejak Senin (23/9) waktu setempat.
Kementerian Kesehatan Lebanon sejauh ini melaporkan sedikitnya 492 orang tewas, termasuk 35 anak-anak dan 58 perempuan. Disebutkan juga bahwa sekitar 1.645 orang lainnya mengalami luka-luka akibat rentetan serangan tersebut.
"Kami akan membela kelompok mana pun yang membela hak-hak dan diri mereka sendiri," cetus Pezeshkian ketika ditanya apakah Iran akan ikut serta dalam konflik antara Israel dan Hizbullah. Dia tidak menjelaskan lebih lanjut maksud pernyataannya itu.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Puluhan ribu orang terpaksa mengungsi dari kota dan desa di kedua sisi perbatasan, baik Lebanon maupun Israel, saat aksi saling serang semakin meningkat beberapa waktu terakhir.
Tel Aviv sebelumnya mengatakan lebih memilih solusi diplomatik yang akan membuat Hizbullah menjauhi perbatasan utara Israel.
Sementara Hizbullah yang juga menyatakan ingin menghindari konflik besar-besaran, menegaskan hanya berakhirnya perang di Jalur Gaza yang akan menghentikan pertempuran melawan Israel.
Upaya mewujudkan gencatan senjata di Jalur Gaza menemui jalan buntu setelah berbulan-bulan perundingan yang dimediasi oleh Qatar, Mesir, dan AS, berujung kegagalan.