Pemerintah China menyerukan semua warga negaranya yang ada di Israel untuk meninggalkan negara itu "sesegera mungkin". Seruan ini disampaikan Beijing seiring ketegangan antara Israel dan kelompok Hizbullah yang bermarkas di Lebanon, semakin meningkat.
"Saat ini, situasi di sepanjang perbatasan Israel-Lebanon sangat tegang, dengan seringnya terjadi konflik militer," sebut Kedutaan Besar China di Israel dalam pernyataan terbaru, seperti dilansir AFP, Senin (23/9/2024).
"Situasi keamanan di Israel masih parah, kompleks dan tidak dapat diprediksi," imbuh pernyataan Kedutaan Besar China yang dirilis pada Minggu (22/9).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pihak Kedutaan Besar China mendesak para warganya yang ada di Israel untuk "kembali pulang atau pindah ke daerah yang lebih aman sesegera mungkin".
Militer Israel dan kelompok Hizbullah mengancam, pada Minggu (22/9) waktu setempat, akan meningkatkan serangan lintas perbatasan meskipun ada seruan internasional agar kedua pihak menahan diri dari perang besar-besaran.
Serangan udara Israel menghantam area padat penduduk di pinggiran selatan Beirut, yang menjadi markas kuat Hizbullah, pada Jumat (20/9) waktu setempat. Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan sedikitnya 45 orang tewas dalam gempuran Tel Aviv itu.
Kelompok Hizbullah mengonfirmasi salah satu komandan senior mereka yang bernama Ibrahim Aqil, yang menjabat sebagai komandan unit elite Radwan, tewas bersama belasan komandan lainnya dalam serangan udara yang menghantam gedung yang menjadi tempat pertemuan mereka.
Simak Video: Israel Ancam Akan Terus Menyerang Hizbullah: Sampai Mereka Paham
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Serangan udara Israel itu terjadi setelah rentetan ledakan melanda perangkat komunikasi, berupa pager atau penyeranta dan walkie-talkie, yang digunakan Hizbullah di berbagai wilayah Lebanon pada Selasa (17/9) dan Rabu (18/9) waktu setempat.
Total sedikitnya 39 orang tewas dan nyaris 3.000 orang lainnya mengalami luka-luka. Kebanyakan korban merupakan anggota Hizbullah dan keluarga mereka.
Pemerintah Lebanon dan kelompok Hizbullah menuduh Israel berada di balik rentetan ledakan tersebut. Tel Aviv sejauh ini tidak membantah atau membenarkan keterlibatan mereka.
Aksi saling serang antara Israel dan Hizbullah berlangsung selama akhir pekan, dengan Hizbullah mengklaim pihaknya telah menargetkan fasilitas produksi militer Israel dan pangkalan udara di area Haifa.
Hizbullah menyebut serangan-serangan itu "sebagai respons awal" terhadap ledakan massal pager dan walkie talkie di Lebanon, yang diyakini didalangi oleh Israel.
Militer Israel, dalam pernyataannya seperti dilansir Al Arabiya, melaporkan lebih dari 150 roket, rudal dan drone diluncurkan ke wilayahnya sejak Sabtu (21/9) malam hingga Minggu (22/9) pagi waktu setempat.
Bulan lalu, otoritas China meminta warganya untuk segera meninggalkan Lebanon, setelah serangan Israel yang menghantam negara tersebut menewaskan seorang militan senior Palestina.
Simak Video: Israel Ancam Akan Terus Menyerang Hizbullah: Sampai Mereka Paham