.webp)
Kepolisian Iran memecat seorang komandan di sebuah kota di Provinsi Gilan setelah kematian seorang tahanan di dalam penjara. Laporan organisasi hak asasi manusia (HAM) setempat menyebut tahanan itu tewas disiksa di balik jeruji besi.
Dituturkan Kepolisian Iran dalam pernyataannya, seperti dilaporkan kantor berita IRNA dan dilansir AFP, Sabtu (31/8/2024), seorang tahanan bernama Mohammad Mir Mousavi, yang berusia 36 tahun itu, ditangkap pada 22 Juli lalu setelah terlibat perkelahian di wilayah Lahijan.
"Komandan polisi... diberhentikan karena kurangnya pengawasan terhadap tindakan dan perilaku para staf," sebut Kepolisian Iran dalam pernyataannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena rumitnya masalah ini, kesimpulan akhir soal penyebab kematian Mohammad Mir Mousavi bergantung pada laporan akhir dari pemeriksa medis," imbuh pernyataan tersebut.
Kepolisian Iran juga mengumumkan bahwa komandan kantor polisi dan beberapa polisi lainnya yang terlibat dalam insiden tersebut telah dinonaktifkan.
"Perilaku beberapa petugas penegak hukum bertentangan dengan kebijakan profesional kepolisian, dan itu tidak bisa diterima, sehingga mereka dirujuk ke otoritas kehakiman," jelas pernyataan kepolisian tersebut.
Organisasi HAM Kurdi yang berbasis di Norwegia, Hengaw, pada Rabu (28/8) mengatakan bahwa Mir Mousavi "terbunuh di bawah penyiksaan di pusat tahanan".
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Presiden Iran Masoud Pezeshkian, pada Kamis (29/8), memerintahkan penyelidikan menyeluruh terhadap kasus tersebut.
Pemecatan anggota pasukan keamanan tergolong jarang terjadi di Iran.
Tahun 2022 lalu, kematian seorang wanita muda bernama Mahsa Amini (22) di dalam tahanan polisi telah memicu unjuk rasa besar-besaran secara nasional, yang berujung kematian banyak orang. Amini merupakan seorang wanita Kurdi yang ditangkap di Teheran atas tuduhan melanggar aturan berpakaian untuk wanita.
