Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris secara resmi menerima pencalonan partainya sebagai presiden pada hari Kamis (22/8) waktu setempat. Dalam pidatonya, dia pun menyampaikan seruan yang menggebu-gebu untuk mengakhiri perang di Gaza dan memerangi tirani di seluruh dunia, yang sangat kontras dengan capres Donald Trump dari Partai Republik.
"Dalam pergulatan abadi antara demokrasi dan tirani, saya tahu di mana saya berdiri dan saya tahu di mana Amerika Serikat seharusnya berada," kata Harris dalam pidatonya di Konvensi Nasional Partai Demokrat, dilansir kantor berita AFP, Jumat (23/8/2024).
Setelah berhari-hari protes dari para pendukung Palestina yang kecewa karena tidak mendapat tempat berbicara di konvensi tersebut, Harris menyampaikan janji untuk mengamankan Israel, membawa pulang para sandera dari Gaza dan mengakhiri perang di daerah kantong Palestina tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekaranglah saatnya untuk menyelesaikan kesepakatan penyanderaan dan gencatan senjata," katanya diiringi sorak sorai. "Dan saya tegaskan, saya akan selalu membela hak Israel untuk membela diri dan saya akan selalu memastikan Israel memiliki kemampuan untuk membela diri," imbuh Wakil Presiden AS berumur 59 tahun itu.
"Apa yang terjadi di Gaza selama 10 bulan terakhir sangat menghancurkan. Begitu banyak nyawa tak berdosa yang hilang, orang-orang yang putus asa dan kelaparan terus-menerus melarikan diri demi keselamatan. Skala penderitaan ini sangat memilukan," katanya.
"Presiden Biden dan saya berupaya untuk mengakhiri perang ini sehingga Israel aman, para sandera dibebaskan, penderitaan di Gaza berakhir dan rakyat Palestina dapat mewujudkan hak mereka atas martabat, keamanan, kebebasan, dan penentuan nasib sendiri," imbuh Harris.
Harris muncul sebagai kandidat Demokrat kurang dari sebulan yang lalu, ketika para sekutu Presiden Joe Biden, 81 tahun, memaksanya untuk mundur dari pencalonan presiden. Jika berhasil, Harris akan mengukir sejarah sebagai wanita pertama yang terpilih sebagai presiden AS.
Harris menyebutkan serangkaian perbedaan dirinya dengan Trump. Harris menuduh Trump tidak memperjuangkan kelas menengah, berencana memberlakukan kenaikan pajak melalui usulan tarifnya.
Harris pun menekankan tentang putusan Mahkamah Agung baru-baru ini tentang kekebalan presiden dan risiko yang akan timbul jika Trump kembali berkuasa.
"Bayangkan saja Donald Trump tanpa pagar pembatas," cetusnya.