Iran dan Hamas menuduh Israel mendalangi serangan yang menewaskan Haniyeh, hanya beberapa jam setelah dia menghadiri seremoni pelantikan Masoud Pezeshkian sebagai Presiden Iran. Namun, Israel belum memberikan komentar ataupum mengaku bertanggung jawab atas kematian Haniyeh.
Hal itu memicu ancaman balas dendam terhadap Israel dari Hamas, Iran dan proksi-proksinya sehingga semakin menambah kekhawatiran meluasnya perang yang berkecamuk di Jalur Gaza menjadi perang besar-besaran di kawasan Timur Tengah. Perang di Gaza sendiri telah berlansung sejak Oktober 2023 dan telah menewaskan hampir 40 ribu orang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Semua front perlawanan akan membalas dendam untuk darah Haniyeh," tegas Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, Ali Akbar Ahmadian, saat berbicara kepada kantor berita Mehr.
Pada 13 April lalu, Iran melancarkan rentetan serangan rudal dan drone terhadap Israel untuk membalas dugaan serangan mematikan Tel Aviv terhadap kompleks kedutaannya di Damaskus, Suriah, pada 1 April. Namun, hampir semua serangan rudal dan drone Teheran diklaim berhasil ditembak jatuh oleh Tel Aviv.
"Respons Iran terhadap pembunuhan Haniyeh yang mati syahid akan lebih kuat dari sebelumnya," cetus mantan komandan senior Garda Revolusi Iran, Esmail Kosari, saat berbicara kepada televisi pemerintah Teheran.
Sementara itu, Panglima Angkatan Udara Israel, Tomer Bar, saat berbicara dalam seremoni wisuda militer di Israel pada Rabu (31/7) malam, memperingatkan bahwa Tel Aviv akan mengambil tindakan terhadap siapa saja yang berencana melukai warganya.
"Kita juga sangat siap dalam pertahanan. Ratusan tentara pertahanan udara, bersama dengan para personel kendali udara, ditempatkan di seluruh negeri dengan sistem terbaik, siap menjalankan misinya," ujarnya.
(haf/haf)