Presiden Venezuela Nicolas Maduro berhasil menang telak dalam pilpres terbaru dengan meraup 51,2 persen suara pada Minggu (28/7) waktu setempat. Kemenangan ini akan menjadikan Maduro sebagai presiden tiga periode untuk Venezuela.
Seperti dilansir AFP, Senin (29/7/2024), pelaksanaan pilpres Venezuela itu dinodai oleh klaim intimidasi oposisi dan kekhawatiran akan adanya kecurangan.
Presiden CNE -- badan pemilu Venezuela yang loyal pada pemerintah, Elvis Amoroso mengatakan kepada wartawan bahwa Maduro memperoleh 51,2 suara pemilih, sedangkan capres oposisi Edmundo Gonzalez Urrutia mendapatkan 44,2 persen suara pemilih dalam pemungutan suara pada Minggu (28/7).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasil pilpres itu mementahkan rentetan jajak pendapat yang sebelumnya memprediksi Urrutia akan mengungguli Maduro.
Dengan kemenangan ini, maka Maduro yang berusia 61 tahun akan kembali menjabat Presiden Venezuela untuk periode ketiga selama enam tahun ke depan.
Venezuela yang dulunya kaya raya, mengalami anjlok PDB sebesar 80 persen dalam satu dekade terakhir yang mendorong lebih dari 7 juta warganya, dari total 30 juta jiwa penduduknya, untuk beremigrasi.
Maduro yang menjabat sejak tahun 2013, dituduh memenjarakan para pengkritik dan melecehkan oposisi di tengah meningkatnya otoritarianisme di negara tersebut.
Sejumlah jajak pendapat independen memprediksi pemungutan suara pada Minggu (28/7) waktu setempat bisa mengakhiri 25 tahun "Chavismo", gerakan populis yang dibentuk oleh pendahulu dan mentor sosialis Maduro, mendiang Hugo Chavez.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Urrutia yang tadinya diprediksi menang, menggantikan pemimpin oposisi populer Maria Corina Machado dalam pencalonan setelah otoritas Venezuela yang setia pada Maduro mendepaknya dari pencalonan presiden.
Machado yang berkampanye secara luas untuk Urrutia, mendesak pada pemilih pada Minggu (28/7) malam untuk tetap "berjaga-jaga" di tempat-tempat pemungutan suara pada "jam-jam menentukan" untuk penghitungan suara di tengah kekhawatiran luas akan adanya kecurangan.
Sementara Maduro diketahui mengandalkan para aparat pemilu dan kepemimpinan militer yang loyal, serta lembaga-lembaga negara dalam sistem patronase politik yang mapan.
Pilpres Venezuela pada Minggu (28/7) waktu setempat merupakan hasil dari kesepakatan hasil mediasi yang tercapai tahun lalu antara pemerintah Caracas dan kelompok oposisi pemerintah. Kesepakatan itu mendorong Amerika Serikat (AS) untuk sementara meringankan sanksi yang dijatuhkan terhadap Maduro sejak tahun 2018 lalu, yang ditolak oleh puluhan negara Barat dan Amerika Latin.
Namun sanksi-sanksi Washington itu kembali diberlakukan setelah Maduro dianggap mengingkari persyaratan yang disepakati.