Rentetan serangan roket menghantam pangkalan udara Ain al-Asad di Irak, yang menjadi markas tentara Amerika Serikat (AS) yang masih ditugaskan di negara tersebut. Dua roket di antaranya dilaporkan menghantam bagian dalam pangkalan udara tersebut.
Seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Jumat (26/7/2024), dua sumber keamanan setempat menyebut sedikitnya empat roket Katyusha diluncurkan ke pangkalan udara Ain al-Asad pada Kamis (25/7) tengah malam waktu setempat.
Sumber-sumber keamanan itu melaporkan dua roket menghantam bagian dalam pangkalan udara tersebut, sedangkan dua roket lainnya menghantam perimeternya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejauh ini belum ada laporan kerusakan atau korban jiwa akibat serangan tersebut.
Belum ada komentar dari juru bicara koalisi militer pimpinan AS terkait serangan roket tersebut.
Namun seorang pejabat AS, yang enggan disebut namanya, mengonfirmasi kepada Al Arabiya English bahwa ada serangan roket yang mendarat di luar pangkalan udara Ain al-Asad semalam, dan tidak ada kerusakan atau korban luka yang dilaporkan.
"Pada saat ini, kami belum mengetahui apa dan berapa banyak yang diluncurkan," tutur pejabat AS tersebut.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Faksi-faksi bersenjata Irak, yang didukung Iran, kerap melancarkan serangan terhadap pangkalan militer yang menampung pasukan AS di Irak dan Suriah dalam beberapa waktu terakhir. Serangan semacam itu semakin meningkat sejak perang berkecamuk antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza pada Oktober tahun lalu.
Serangan roket itu terjadi dua hari setelah pertemuan puncak militer di Washington DC, di mana para pejabat Irak dan AS membahas penghentian kerja sama koalisi yang sudah berlangsung selama satu dekade, yang tadinya dibentuk untuk melawan kelompok Islamic State (ISIS) saat mereka menyerbu Irak dan Suriah.
Tidak ada pengumuman besar yang disampaikan pada akhir pertemuan tersebut. Meskipun sumber-sumber AS dan Irak menyebut pengumuman soal diakhirinya kerja sama secara bertahap akan disampaikan dalam beberapa pekan ke depan.
Faksi politik dan militer Irak, yang bersekutu dengan Teheran, telah menekan pemerintah Baghdad untuk segera menghentikan kerja sama koalisi dan menuntut agar seluruh 2.500 tentara asing yang dipimpin AS untuk segera pergi.
Pemerintah Irak dan AS mengatakan mereka ingin melakukan transisi ke hubungan keamanan bilateral yang kemungkinan akan membuat sejumlah tentara tetap berperan sebagai penasihat militer.
Pasukan pimpinan AS menginvasi Irak tahun 2003 untuk menggulingkan mantan pemimpin negara itu, Saddam Hussein, dan menarik diri tahun 2011. Pasukan AS kembali lagi ke Irak tahun 2014 untuk melawan ISIS yang merajalela di negara tersebut.