Mantan Analis CIA Dituduh Jadi Agen Korsel, Imbalannya Tas Mewah

Mantan Analis CIA Dituduh Jadi Agen Korsel, Imbalannya Tas Mewah

Novi Christiastuti - detikNews
Rabu, 17 Jul 2024 18:14 WIB
Bagaimana CIA dan Mossad Membunuh Tokoh Nomor Dua Al-Qaeda di Iran
Ilustrasi CIA (Foto: DW (News))
Washington DC -

Seorang mantan analis Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (AS) atau CIA, yang juga mantan pejabat Gedung Putih, didakwa oleh jaksa AS atas tuduhan bekerja sebagai agen pemerintah Korea Selatan (Korsel).

Tindakan itu dilakukan perempuan tersebut dengan imbalan tas mewah, makan malam mahal dan barang-barang mewah lainnya dari Seoul.

Seperti dilansir AFP, Rabu (17/7/2024), dokumen dakwaan setebal 31 halaman yang diajukan jaksa AS ke pengadilan federal New York pada Senin (15/7) waktu setempat menuduh Sue Mi Terry gagal mendaftar sebagai agen asing dan mengungkapkan informasi pemerintah AS kepada intelijen Korsel.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Atas arahan pejabat pemerintah ROK (Republik Rakyat Korea - nama resmi Korsel), Terry mengadvokasi posisi kebijakan ROK... mengungkapkan informasi non-publik pemerintah AS kepada para petugas intelijen ROK, dan memfasilitasi akses bagi para pejabat pemerintah ROK kepada para pejabat pemerintah AS," demikian disebutkan dalam dokumen dakwaan terhadap Terry.

Sebagai imbalan atas jasanya, menurut dokumen dakwaan itu, Terry mendapatkan hadiah tas merek Louis Vuitton seharga US$ 3.450 (Rp 55,5 juta), tas merek Bottega Veneta seharga US$ 2.950 (Rp 47,5 juta), dan mantel Dolce & Gabbana seharga US$ 2.845 (Rp 45,8 juta), serta barang-barang lainnya.

ADVERTISEMENT

Tidak hanya itu, Terry juga dibawa oleh handler-nya dari Seoul ke beberapa restoran berbintang Michelin dan mendapatkan pembayaran rahasia sebesar US$ 37.000 (Rp 596 juta) yang disalurkan kepada lembaga think-tank yang menjadi tempatnya bekerja.

Dakwaan itu mencakup potongan gambar yang diambil dari kamera keamanan yang menunjukkan Terry bertemu dengan handler-nya dari Korsel di toko-toko barang bermerek di Washington DC untuk mendapatkan hadiah tas tangan mewah.

Selain sempat menjadi analis CIA, Terry juga pernah bekerja di Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih. Dia saat ini menjadi peneliti senior studi Korea pada Dewan Hubungan Luar Negeri.

Simak juga Video 'Korsel Gelar Latihan Militer di Perbatasan, Adik Kim Jong Un Geram':

[Gambas:Video 20detik]

Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

Terry yang bekerja untuk pemerintah AS dari tahun 2001 hingga tahun 2011, diduga memulai pekerjaannya untuk pemerintah Korsel tahun 2013 dan terus melanjutkannya selama satu dekade meski telah diperingatkan oleh agen Biro Investigasi Federal (FBI) tahun 2014 bahwa intelijen Korsel berusaha mendekatinya.

Pengacara Terry, Lee Wolosky, membantah tuduhan yang menjerat kliennya tersebut.

"Tuduhan ini tidak berdasar dan mendistorsi pekerjaan seorang akademisi dan analis berita yang dikenal karena independensinya dan pengabdiannya selama bertahun-tahun kepada Amerika Serikat," tegas Wolosky dalam pernyataannya yang dikutip media lokal AS.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Korsel enggan berkomentar soal kasus ini.

"Tidaklah tepat untuk mengomentari masalah-masalah di mana prosedur hukum luar negeri sedang berlangsung," demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Korsel.

Menurut dokumen dakwaan tersebut, Terry merupakan warga naturalisasi AS yang lahir di Seoul dan dibesarkan di Virginia dan Hawaii.

Simak juga Video 'Korsel Gelar Latihan Militer di Perbatasan, Adik Kim Jong Un Geram':

[Gambas:Video 20detik]



Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads