Geram Soal Balon Sampah, Korsel Tangguhkan Pakta Militer dengan Korut

Geram Soal Balon Sampah, Korsel Tangguhkan Pakta Militer dengan Korut

Novi Christiastuti - detikNews
Senin, 03 Jun 2024 15:17 WIB
A balloon believed to have been sent by North Korea, carrying various objects including what appeared to be trash, is pictured in Incheon, South Korea, June 2, 2024.       Yonhap via REUTERS   THIS IMAGE HAS BEEN SUPPLIED BY A THIRD PARTY. NO RESALES. NO ARCHIVES. SOUTH KOREA OUT. NO COMMERCIAL OR EDITORIAL SALES IN SOUTH KOREA. BEST QUALITY AVAILABLE.
Penampakan balon raksasa yang membawa muatan sampah dari Korut yang mendarat di wilayah Korsel (dok. Yonhap via REUTERS)
Seoul -

Pemerintah Korea Selatan (Korsel) berencana menangguhkan perjanjian militer yang ditandatangani dengan Korea Utara (Korut) sejak tahun 2018 lalu yang bertujuan meredakan ketegangan antara kedua negara.

Rencana itu diumumkan setelah Seoul memperingatkan respons keras untuk kiriman balon-balon yang membawa muatan sampah dari Pyongyang.

Seperti dilansir Reuters, Senin (3/6/2024), Korut mengirimkan ratusan balon raksasa yang membawa muatan sampah ke berbagai wilayah Korsel dekat perbatasan kedua negara. Otoritas Seoul menyebutnya sebagai provokasi dan menolak klaim Pyongyang yang menyebut hal itu bertujuan mengganggu negara tetangganya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dewan Keamanan Nasional, yang merupakan badan penasihat untuk Presiden Korsel, mengatakan bahwa pihaknya akan membahas rencana untuk menangguhkan keseluruhan perjanjian militer dengan Korut untuk mendapatkan persetujuan kabinet dalam rapat pada Selasa (4/6) waktu setempat.

Penangguhan perjanjian militer itu, sebut Dewan Keamanan Nasional, akan membuka jalan bagi Seoul untuk menggelar latihan di dekat perbatasan militer dan mengambil "langkah-langkah yang cukup dan segera" dalam menanggapi provokasi Pyongyang.

ADVERTISEMENT

Tidak dijelaskan lebih lanjut soal tindakan seperti apa yang mungkin diambil oleh Korsel.

Pakta militer itu menjadi kesepakatan paling substantif yang dihasilkan dari pertemuan puncak bersejarah antara kedua Korea tahun 2018 lalu. Perjanjian militer kedua Korea itu sebenarnya hampir dibatalkan ketika Pyongyang menyatakan tahun lalu bahwa pihaknya tidak lagi terikat oleh perjanjian itu.

Sejak saat itu, Korut mengerahkan pasukan dan persenjataannya di pos-pos penjagaan dekat perbatasan militer kedua Korea.

Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.

Dalam pernyataannya, Dewan Keamanan Nasional menilai bahwa dengan terus mematuhi pakta itu, "ada banyak masalah dari postur kesiapan militer kita".

Korsel sebelumnya mengatakan bahwa mereka akan mengambil langkah-langkah yang "tak tertahankan" terhadap Korut karena mengirimkan balon-balon pembawa sampah melintasi perbatasan kedua negara.

Langkah-langkah yang dimaksud mencakup propaganda menggelegar dari pengeras suara raksasa yang ditempat di perbatasan yang diarahkan ke wilayah Korut.

Dalam pernyataannya, Korut menyebut balon-balon pembawa sampah itu merupakan pembalasan atas kampanye propaganda yang dilakukan para pembelot Korut dan para aktivis di Korsel.

Diketahui bahwa para aktivis Korsel secara teratur mengirimkan balon-balon yang membawa selebaran anti-Pyongyang juga membawa pasokan makanan, obat-obatan, uang dan bahkan USB yang berisi video musik K-pop dan drama Korsel melintasi perbatasan.

Para pakar menilai otoritas Korut memberikan reaksi kemarahan terhadap kampanye semacam itu dari Korsel, karena mengkhawatirkan dampak potensial dari materi-materi itu terhadap psikologi warganya yang membaca atau mendengarkannya, dan terhadap kendali negara atas masyarakat.

Halaman 2 dari 2
(nvc/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads