Netanyahu: Pejuang Hamas Sumbang Nyaris Separuh Korban Tewas di Gaza

Tiara Aliya Azzahra - detikNews
Selasa, 14 Mei 2024 04:28 WIB
PM Israel Benjamin Netanyahu. Foto: REUTERS/RONEN ZVULUN
Jakarta -

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan hampir setengah korban tewas dalam perang Gaza merupakan pejuang Hamas. Netanyatu pun menyebut jumlah korban jiwa keseluruhan lebih rendah ketimbang data dari pihak berwenang Palestina.

Dilansir AFP, Selasa (1/5/2024), pernyataan itu diucapkan Netanyahu dalam sebuah podcast "Call Me Back", dan meremehkan jumlah korban sipil yang telah memicu kemarahan global.

Data kementerian kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas, setidaknya 35.091 orang telah tewas di wilayah tersebut selama lebih dari tujuh bulan perang antara Israel dan militan Palestina.

Namun Netanyahu menyatakan bahwa jumlah korban tewas di Gaza sebenarnya sekitar 30.000, di mana pejuang Hamas menyumbang hampir setengah dari jumlah korban tersebut.

Pihak berwenang Gaza tidak memberikan gambaran umum mengenai jumlah militan Palestina yang tewas, namun berulang kali mengatakan bahwa sebagian besar korban tewas dalam perang tersebut adalah perempuan dan anak-anak.

Perserikatan Bangsa-Bangsa dan banyak negara telah menyuarakan kekhawatiran atas jumlah kematian warga sipil.

Kepala Hak Asasi Manusia PBB Volker Turk memperingatkan dalam sebuah pernyataan bulan lalu bahwa anak-anak khususnya "secara tidak proporsional menanggung akibat yang paling besar dalam perang ini".

Namun Netanyahu bersikeras kepada podcaster Dan Senor bahwa Israel "mampu menjaga rasio warga sipil dan kombatan yang terbunuh... (menjadi) rasio sekitar satu banding satu".

"Empat belas ribu orang tewas, kombatan, dan mungkin sekitar 16.000 warga sipil tewas," katanya.

Dia memberikan angka serupa pada bulan Maret saat wawancara dengan Politico, pada saat kementerian kesehatan Gaza melaporkan jumlah korban jiwa sedikitnya 31.045 orang.

Netanyahu mengatakan pada saat itu bahwa jumlah tersebut termasuk 13.000 militan dan jumlah warga sipil "jauh kurang dari" 20.000.

Komentar terbarunya muncul di saat meningkatnya tekanan dari pemasok militer utama Israel, Amerika Serikat, mengenai jumlah korban jiwa di pihak Palestina dalam perang tersebut.

Washington menghentikan pengiriman 3.500 bom, dan Presiden AS Joe Biden memperingatkan bahwa ia akan berhenti memasok peluru artileri dan senjata lainnya jika Israel melakukan invasi besar-besaran ke Rafah, tempat sekitar satu juta orang berlindung.

Sebuah laporan Departemen Luar Negeri AS pada hari Jumat mengatakan "menilai secara masuk akal" bahwa Israel telah menggunakan senjata Amerika dengan cara yang tidak sesuai dengan standar hak asasi manusia, namun Amerika Serikat tidak dapat mencapai "temuan yang meyakinkan."

Perang Gaza yang paling berdarah terjadi setelah serangan Hamas pada 7 Oktober terhadap Israel, yang mengakibatkan kematian lebih dari 1.170 orang, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan AFP berdasarkan angka resmi Israel.

Militan juga menyandera sekitar 250 sandera, banyak di antaranya dibebaskan selama gencatan senjata selama seminggu pada bulan November. Israel memperkirakan 128 tawanan masih berada di Gaza, termasuk 36 orang yang menurut militer tewas.

Simak juga Video 'Pasokan Bom AS Disetop, Netanyahu Berharap Bisa Rujuk dengan Biden':




(taa/taa)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork