Menteri Luar Negeri (Menlu) Inggris David Cameron menegaskan Israel tidak boleh melancarkan serangan darat terhadap Rafah di Jalur Gaza bagian selatan, tanpa adanya "rencana yang jelas" untuk melindungi masyarakat sipil.
"Untuk serangan besar-besaran di Rafah, harus ada rencana yang jelas tentang bagaimana Anda menyelamatkan nyawa, tentang bagaimana Anda memindahkan orang-orang, tentang bagaimana Anda memastikan mereka mendapatkan makanan, bagaimana Anda memastikan mereka memiliki obat-obatan, dan tempat berlindung dan segalanya," cetus Cameron dalam pernyataan kepada televisi Sky News dan dilansir AFP, Senin (13/5/2024).
"Kami belum melihat rencana seperti itu... jadi kami tidak mendukung serangan seperti itu," tegasnya merujuk pada invasi darat Israel ke Rafah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Israel melancarkan lebih banyak serangan terhadap target Hamas di Jalur Gaza pada Minggu (5/5) waktu setempat, setelah memperluas perintah evakuasi untuk warga Palestina di area Rafah bagian timur. Disebutkan bahwa 300.000 orang telah meninggalkan area itu sejak Tel Aviv merilis perintah evakuasi.
Militer Israel menentang peringatan internasional dengan mengirimkan tank-tank ke wilayah timur Rafah sejak Selasa (7/5) pekan lalu, yang secara efektif menutup jalur utama untuk bantuan kemanusiaan dan menghentikan lalu lintas melalui jalur lainnya.
Dalam pernyataannya, Cameron menegaskan bahwa Israel perlu "berbuat lebih baik" dalam mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Jalur Gaza.
"Saya telah berkali-kali mengatakan bahwa saya tidak puas dengan tindakan yang diambil Israel terkait bantuan kemanusiaan," ucapnya, sembari menyebut ada "beberapa tanda" perbaikan, namun "belum cukup cepat".
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Perang di Jalur Gaza dimulai setelah serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober tahun lalu, yang dilaporkan menewaskan sekitar 1.200 orang.
Israel melancarkan rentetan serangan terhadap Jalur Gaza untuk membalas Hamas. Laporan terbaru otoritas kesehatan Gaza menyebut sedikitnya 35.034 orang tewas akibat rentetan serangan Israel di daerah kantong Palestina tersebut sejak Oktober tahun lalu.
Sekitar 78.755 orang lainnya mengalami luka-luka.