Protes Perang Gaza di Kampus AS dari Kacamata Mahasiswa Indonesia

Protes Perang Gaza di Kampus AS dari Kacamata Mahasiswa Indonesia

BBC - detikNews
Jumat, 26 Apr 2024 22:06 WIB
WASHINGTON, DC - APRIL 25: Activists with Students for Justice in Palestine participate in an encampment protest at the University Yard at George Washington University April 25, 2024 in Washington, DC. Student Activists at George Washington University have joined a range of campuses across the United States who have started encampments to call on their universities to divest financial ties from Israel.   Anna Moneymaker/Getty Images/AFP (Photo by Anna Moneymaker / GETTY IMAGES NORTH AMERICA / Getty Images via AFP)
Foto: Mahasiswa AS gelar demo pro-Palestina (Getty Images via AFP/ANNA MONEYMAKER)
Washington DC -

Pekan ini, demonstrasi-demonstrasi pro-Palestina menyeruak di sekujur Negeri Paman Sam. Mahasiswa-mahasiswa dan pengunjuk rasa ditangkapi aparat negeri demokratis dan liberal tersebut. Mahasiswa Indonesia menyaksikan dari dekat.

Mahasiswa di kampus-kampus elite yang tergolong dalam kelompok Ivy League juga menggelar demonstrasi pro-Palestina. Tak hanya mahasiswa tapi dosen-dosen bahkan profesor juga ikut berdemonstrasi.

Dilansir BBC, demonstrasi di New York misalnya, sudah terjadi di kampus Universitas New York (NYU) pada Senin (22/4) malam lalu. Belasan mahasiswa di Yale ditahan polisi pada hari sebelumnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para pengunjuk rasa di NYU menyerukan institusi pendidikan mereka untuk mengungkap dan melepaskan sokongan "finansial dan dana abadi dari produsen senjata dan perusahaan yang berkepentingan dengan pendudukan Israel".

Lain lagi di Universitas Columbia. Di sana, kampus membatalkan kelas tatap muka gara-gara gelaran demonstrasi besar. BBC memberitakan pula adanya insiden antisemitisme.

ADVERTISEMENT

Suasana konsentrasi aksi massa juga muncul di Universitas California di Berkeley, Institut Teknologi Massachusetts (MIT), Universitas Michigan, Emerson College, dan Tufts. Kemah-kemah demonstran didirikan di lahan-lahan sekitar kampus.

Konflik berdarah di Jalur Gaza yang menjadi perhatian dunia diawali momentum 7 Oktober saat Hamas menyerang Israel. Paling tidak, media-media arus utama di Barat memahami kronologinya dari 7 Oktober, meskipun pada waktu-waktu sebelum 7 Oktober ada pula aksi-aksi kekerasan dari Israel terhadap Palestina yang terjadi di Jalur Gaza maupun Tepi Barat.

Israel membalas menggempur Jalur Gaza. Kini, menurut Hamas, lebih dari 34.000 warga Palestina di Gaza kebanyakan dari mereka adalah anak-anak dan perempuan tewas dalam konflik. kata kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di wilayah tersebut.

Mayoritas warga Amerika kini tidak menyetujui tindakan Israel di Gaza, menurut survei Gallup baru-baru ini, setelah terjadi pergeseran opini sejak pecahnya konflik saat ini.

Students prepare to camp overnight as they continue to protest on Columbia University campus in support of Palestinians, during the ongoing conflict between Israel and the Palestinian Islamist group Hamas, in New York City, U.S., April 23, 2024, REUTERS/Caitlin OchsStudents prepare to camp overnight as they continue to protest on Columbia University campus in support of Palestinians, during the ongoing conflict between Israel and the Palestinian Islamist group Hamas, in New York City, U.S., April 23, 2024, REUTERS/Caitlin Ochs Foto: REUTERS/Caitlin Ochs

Halaman selanjutnya, kata mahasiswa dari Indonesia:

Kata mahasiswa dari Indonesia

Dilansir BBC, Jumat (26/4/2024), sejumlah mahasiswa Indonesia turut dalam aksi demonstrasi tersebut. Salah satu di antara mereka merasa berkewajiban untuk membela Palestina, sementara yang lain memilih untuk tidak terlibat secara langsung karena statusnya sebagai mahasiswa internasional penerima beasiswa.

Seorang mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh studi di New York mengungkapkan sejumlah kawan mahasiswa dan dosen di kampusnya ditahan oleh aparat kepolisian.

Perempuan tersebut yang meminta BBC untuk tidak mengungkap namanya dengan alasan keamanan mengungkapkan alasan mengapa dia turut dalam aksi demonstrasi, kendati berisiko terhadap dirinya yang berstatus sebagai mahasiswa internasional.

"Yang membuat aku ikut dalam aksi, mungkin karena aku sendiri banyak belajar tentang apa yang terjadi di Palestina sekarang dan sudah melihat banyak human rights violations yang terjadi di Palestina," ujarnya, Jumat (26/04).

"[Saya] merasa punya personal obligation untuk amplify perubahan dalam bentuk protes ini," katanya kemudian.

Baru-baru ini, sekitar 108 penangkapan dilakukan di Emerson College, kata polisi Boston kepada mitra BBC AS, CBS News. Sebelumnya, 93 orang di Universitas Southern California (USC) di Los Angeles ditahan atas tuduhan masuk tanpa izin. Para pengunjuk rasa dan polisi juga bentrok di Universitas Texas di Austin. Pihak berwenang menyebut 34 orang telah ditangkap.

Mahasiswa di New York yang berasal dari Indonesia juga ada yang ikut demo. Salah satu dari mereka yang menolak mengungkap identitasnya atas alasan keamanan mengatakan ia sempat turut dalam demonstrasi dan protes di New York setelah penangkapan mahasiswa terjadi di salah satu kampus lain.

"Salah satu [demonstrasi] yang terbesar, mungkin yang terjadi di kampusku, ada encampment, ketika para protester membangun tenda-tenda dan tenda-tenda ini sebagai bentuk solidaritas tenda-tenda pengungsian yang ada di Palestina," ujarnya.

Ketika dia datang, akunya, banyak orang yang telah berkumpul di sekitar tenda-tenda sambil melakukan orasi. Pada saat yang sama, pihak pengamanan kampus tampak berjaga di sekitar lokasi demonstrasi.

"Satpam kampus ini kemudian membatasi orang-orang yang bukan organizer atau mereka-mereka yang bukan dari kampus enggak boleh lewat ke area tenda-tenda dan tidak bisa melakukan aksi protes di area tenda," terangnya.

Dia kemudian menjelaskan bahwa di seberang area tenda-tenda yang didirikan peserta demonstrasi, ada demonstrasi tandingan yang dilakukan oleh sejumlah orang pro-Israel yang membawa bendera Israel.

"Saya kebetulan tidak sampai malam, karena ternyata setelah malam hari situasi semakin memanas dan kebetulan waktu itu dosen-dosen sudah ikut terlibat."

"Kemudian mereka membangun human chain, bergandengan tangan, untuk melindungi mahasiswa yang waktu itu posisinya sudah diancam akan ada penangkapan oleh polisi kalau tidak bubar," kata dia.

Student protesters stand watch along the perimeter of an encampment supporting Palestinians at the Columbia University campus, during the ongoing conflict between Israel and the Palestinian Islamist group Hamas, in New York City, U.S., April 25, 2024, REUTERS/Caitlin OchsStudent protesters stand watch along the perimeter of an encampment supporting Palestinians at the Columbia University campus, during the ongoing conflict between Israel and the Palestinian Islamist group Hamas, in New York City, U.S., April 25, 2024, REUTERS/Caitlin Ochs Foto: REUTERS/Caitlin Ochs

Dia menegaskan, keterlibatan dalam demonstrasi tersebut karena dia merasa terpanggil untuk membuat perubahan atas apa yang terjadi terhadap warga Palestina.

"Rasanya aku punya personal obligation sebagai orang yang cukup privilege, dalam artian tidak terefek langsung dari konfliknya atau genosidanya. [Saya] merasa punya personal obligation untuk amplify perubahan dalam bentuk protes ini," katanya.

Kendati begitu, sejumlah mahasiswa Indonesia yang lain memilih untuk tidak terlibat secara langsung karena statusnya sebagai mahasiswa internasional penerima beasiswa.

Mahasiswa Indonesia di Universitas New York, Nafasya Ramadini Maura, berkata penangkapan yang dilakukan terhadap pendemo baru-baru ini membuatnya harus berpikir dua kali untuk mengikuti aksi demonstrasi.

"Memang semuanya bentuk protes, sebagai bentuk tuntutan justice untuk Palestina, tapi kalau sebagai stance mahasiswa internasional, aku menilai masih ada cara lain untuk menyuarakan ini," jelas Nafasya, yang menempuh studi public relations and corporate communication di Universitas New York sejak 2023 silam.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads