Kepolisian Australia menangkap tujuh orang yang dianggap menimbulkan "risiko dan ancaman yang tidak bisa diterima" terhadap masyarakat. Penangkapan itu dilakukan dalam operasi penggerebekan antiteror yang melibatkan lebih dari 400 personel kepolisian.
Seperti dilansir AFP, Rabu (24/4/2024), Kepolisian Australia mengatakan bahwa orang-orang itu ditangkap terkait seorang remaja berusia 16 tahun yang dituduh menikam seorang Uskup Asiria di sebuah gereja di Sydney beberapa waktu lalu.
Disebutkan oleh Kepolisian Australia bahwa mereka yang ditangkap menganut "ideologi ekstremis yang bermotif agama".
Wakil komisioner kepolisian setempat, Dave Hudson, mengatakan bahwa "kemungkinan besar" kelompok itu merencanakan serangan, meskipun tidak ada target spesifik yang jelas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Perilaku mereka, ketika berada dalam pengawasan, membuat kami meyakini bahwa, jika mereka melakukan tindakan apa pun, kami tidak akan bisa mencegahnya," ucap Hudson kepada wartawan setempat.
"Dan kami meyakini, melalui penyelidikan, kemungkinan besar akan terjadi serangan," imbuhnya.
Kepolisian menyebut tujuh orang yang ditangkap itu masih anak di bawah umur.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
Saksikan juga 'Saat Alasan Elon Musk Ogah Hapus Postingan Penusukan Uskup di Sydney':
Dalam aksi penyerangan mengerikan yang terjadi pekan lalu, Uskup Mar Mari Emmanuel dibacok di bagian kepala dan bagian dada oleh seorang tersangka berusia 16 tahun. Aksi itu memicu kerusuhan oleh para jemaat Gereja Kristen Asiria di Sydney bagian barat.
Kepolisian Australia dengan cepat menetapkan penyerangan itu sebagai aksi "teroris". Imbas dari penetapan itu, satuan tugas gabungan kontra-terorisme meluncurkan penyelidikan menyeluruh, yang menggabungkan personel kepolisian negara bagian dan federal serta dinas intelijen ASIO.
Uskup Emmanuel yang menjadi korban serangan itu diketahui memiliki nyaris 200.000 pengikut secara online. Dia dikenal banyak mengkritik vaksin dan lockdown Corona (COVID-19), serta mengkritik agama Islam.
Area yang menjadi lokasi serangan itu merupakan pusat komunitas kecil Kristen Asiria di Sydney, yang banyak di antaranya melarikan diri dari penganiayaan dan perang di Irak dan Suriah.