Rusia dan China memveto rancangan resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB yang disponsori Amerika Serikat mengenai gencatan senjata di Gaza. Resolusi itu dianggap ambigu dan bukan merupakan tuntutan langsung untuk menghentikan peperangan.
Moskow bahkan menuduh Washington memberikan "tontonan munafik" yang tidak menekan Israel.
Amerika Serikat, sekutu utama Israel yang telah memveto seruan gencatan senjata sebelumnya, mengajukan resolusi yang untuk pertama kalinya akan mendukung "pentingnya gencatan senjata segera dan berkelanjutan" dan mengutuk serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir Al Arabiya dan AFP, Sabtu (23/3/2024), dalam voting DK PBB pada Jumat (22/3), Rusia dan China selaku anggota tetap, menggunakan hak veto mereka untuk menggagalkan rancangan resolusi usulan AS tersebut. Aljazair juga memberikan suara menolak dan Guyana abstain. Sebelas anggota Dewan Keamanan lainnya memberikan suara mendukung, termasuk anggota tetap Prancis dan Inggris.
Duta Besar Rusia untuk PBB, Vasily Nebenzia, mengatakan bahwa Amerika Serikat tidak melakukan apa pun untuk mengendalikan Israel. Dia mengejek Washington karena berbicara tentang gencatan senjata setelah "Gaza hampir terhapus dari muka bumi."
"Kita telah menyaksikan tontonan munafik yang khas," cetusnya.
"Produk Amerika ini sangat dipolitisasi, dengan satu-satunya tujuan untuk mempermainkan para pemilih dan memberikan mereka umpan dalam bentuk semacam penyebutan gencatan senjata di Gaza," katanya.
Resolusi tersebut, ujarnya, akan "menjamin impunitas Israel, yang kejahatannya bahkan tidak dibahas dalam rancangan tersebut."
Rancangan resolusi tersebut menghubungkan gencatan senjata dengan perundingan yang sedang berlangsung, yang dipimpin oleh Qatar dengan dukungan dari Amerika Serikat dan Mesir, untuk menghentikan perang dengan imbalan Hamas membebaskan para sandera.
Duta Besar China untuk PBB, Zhang Jun, mengatakan usulan AS tersebut jauh dari harapan anggota dewan dan komunitas internasional yang lebih luas.
"Jika AS serius mengenai gencatan senjata, AS tidak akan berulang kali memveto beberapa resolusi dewan," katanya. "Mereka tidak akan mengambil jalan memutar seperti itu dan memainkan permainan kata-kata sambil bersikap ambigu dan mengelak pada isu-isu kritis," imbuhnya.
AS telah memveto tiga resolusi yang menuntut gencatan senjata, yang terbaru adalah resolusi yang didukung Arab dan didukung oleh 13 anggota dewan dengan satu abstain pada 20 Februari.
Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, menyebut veto Rusia dan China itu "tidak hanya sinis" tetapi juga "sepele."
"Rusia dan China sama sekali tidak ingin memberikan suara pada resolusi yang disusun oleh Amerika Serikat," katanya.
"Jujur saja - terlepas dari semua retorika yang berapi-api, kita semua tahu bahwa Rusia dan China tidak melakukan apa pun secara diplomatis untuk memajukan perdamaian abadi atau memberikan kontribusi yang berarti terhadap upaya respons kemanusiaan," ujarnya.