Israel berencana membangun permukiman Yahudi di Tepi Barat. Rencana itu langsung mendapat kecaman keras dari Arab Saudi.
Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich menyampaikan rencana membangun 3.500 rumah baru di area permukiman Yahudi di Tepi Barat, dekat Yerusalem. Dalam pernyataan yang dirilis Smotrich bersama Menteri Permukiman dan Misi Nasional Israel Orit Strock pada Rabu (6/3/2024) waktu setempat, disebutkan badan perencanaan permukiman Israel telah mendapatkan izin pembangunan 3.500 rumah baru bagi para pemukim Yahudi di Tepi Barat.
Rumah-rumah baru itu, menurut laporan The Times of Israel, diperkirakan dibangun di area permukiman Israel di Maale Adumim, Kedar dan Efrat, yang semuanya terletak dekat dengan Yerusalem. Smotrich, dalam pernyataan via media sosial X, menyebut permukiman baru akan menambah jumlah rumah pemukim Yahudi yang disetujui di Tepi Barat mencapai 18.515 rumah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Musuh berusaha menyakiti dan melemahkan kita, tapi kita akan terus membangun dan membangun di negeri ini," ujarnya.
Tepi Barat yang diduduki adalah bagian dari wilayah Palestina yang direbut Israel selama perang Timur Tengah tahun 1967 silam. Palestina menginginkan status kenegaraan di wilayah tersebut, dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya.
Mayoritas pemimpin dunia menganggap permukiman Yahudi yang dibangun Israel di Tepi Barat adalah ilegal. Namun, Israel bersikeras dengan klaim historis atas Tepi Barat dan menggambarkannya sebagai benteng keamanan.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.
Kecaman Saudi
Dilansir Al Arabiya, Saudi langsung menyampaikan kecaman itu disampaikan setelah Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich mengungkapkan rencana pembangunan 3.500 rumah pemukim Yahudi di Tepi Barat.
"Kerajaan Arab Saudi mengecam keras keputusan pendudukan Israel yang meratifikasi pembangunan sekitar 3.500 unit permukiman baru di Tepi Barat," tegas Kementerian Luar Negeri Saudi dalam pernyataan pada Kamis (7/3/2024) waktu setempat.
Saudi menyebutnya sebagai upaya yahudisasi wilayah Tepi Barat. Saudi menegaskan langkah Israel bertentangan dengan semua resolusi internasional.
"Kerajaan mengecam keras upaya yahudisasi sebagian besar wilayah Tepi Barat, termasuk Yerusalem, yang bertentangan dengan semua resolusi internasional, hukum hak asasi manusia internasional, dan piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa," tegas pernyataan tersebut.
"Tindakan seperti itu menghalangi tercapainya peluang perdamaian dan stabilitas di kawasan," imbuh Kementerian Luar Negeri Saudi.
Israel saat ini sedang dalam tekanan dunia atas perang di Gaza, Palestina. Perang itu diklaim Israel sebagai balasan atas serangan Hamas yang menewaskan 1.200 orang di Israel pada 7 Oktober 2023.
Serangan Israel di Gaza telah menghancurkan wilayah tersebut. Invasi Israel juga menyebabkan lebih dari 30 ribu orang tewas, di mana mayoritas korban tewas adalah anak-anak dan perempuan.