Pecah Lagi Kerusuhan di Haiti Gara-gara Gangster Berulah

Pecah Lagi Kerusuhan di Haiti Gara-gara Gangster Berulah

Tim detikcom - detikNews
Selasa, 05 Mar 2024 06:32 WIB
Jakarta -

Kerusuhan di Port-au-Prince, Haiti, terus berlanjut. Kekacauan yang diwarnai baku tembak ini terjadi sejak penghujung Februari lalu.

Kelompok bersenjata berupaya menggulingkan Perdana Menteri Haiti, Ariel Henry. Kabar terbaru, Pemerintah Haiti mengumumkan keadaan darurat dan jam malam dalam upaya untuk mendapatkan kembali kendali atas negara tersebut.

Aturan jam malam diberlakukan mulai pukul 18.00 hingga 05.00 di wilayah Ouest, termasuk ibu kota, hingga Rabu mendatang, seperti dikutip dari kantor berita AFP, Senin (4/3/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk diketahui, berdasarkan pengamatan reporter AFP di lokasi, sekitar 12 orang tewas ketika para anggota geng menyerang Lembaga Pemasyarakatan Nasional di Port-au-Prince. Penyerangan terjadi pada Sabtu malam hingga Minggu kemarin.

Serangan itu terjadi sebagai bagian dari serangkaian kekerasan ekstrem baru oleh geng-geng bersenjata lengkap yang menguasai sebagian besar kota. Geng-geng tersebut ingin menggulingkan PM Ariel Henry.

ADVERTISEMENT

Jaringan Nasional untuk Pertahanan Hak Asasi Manusia, Pierre Esperance, menuturkan sekitar 100 dari sekitar 3.800 narapidana masih berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan Nasional setelah serangan geng itu.

"Kami menemukan banyak jenazah tahanan," ucap Pierre Esperance.

Pengamatan reporter AFP, mayat-mayat berada di luar penjara, dan hampir tidak ada orang di dalam. Beberapa jenazah mengalami luka akibat peluru atau proyektil lainnya.

"Menerima perintah untuk menggunakan segala cara hukum yang mereka miliki untuk menegakkan jam malam dan menahan mereka yang melanggarnya," kata Pemerintah Haiti, dalam pernyataannya pada Minggu malam.

People react as they walk near a burning barricade set up in protest against the government and calling for the resignation of Prime Minister Ariel Henry, in Port-au-Prince, Haiti February 5, 2024. REUTERS/Ralph Tedy ErolFoto: Massa berjalan kaki dekat barikade yang terbakar untuk memprotes dan menyatakan perlawanan pada Pemerintah Haiti. Massa meminta Perdana Menteri Ariel Henry,mundur. (REUTERS/Ralph Tedy Erol)

Terkait masalah ini, Pemerintahan Haiti dikenal lemah dengan penculikan dan kejahatan kekerasan lainnya. Geng-geng yang merusuh di Ibu Kota disebut-sebut memiliki persenjataan yang jauh lebih baik dibandingkan kepolisian.

Sebelumnya dilansir AFP, Jumat (1/4), penyerangan terjadi pada Kamis (29/2) waktu setempat. Tembakan terdengar di seluruh kota ketika aparat mencoba menghentikan penyerang yang menargetkan kantor polisi, akademi kepolisian, dan Bandara Internasional Toussaint-Louverture.

"Hari ini, kami mengumumkan bahwa semua kelompok bersenjata akan bertindak agar Perdana Menteri Ariel Henry mundur," kata pemimpin geng Jimmy Cherisier, yang dikenal dengan julukan Barbecue, dalam sebuah video yang di-posting di media sosial sebelum serangan dimulai.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.

"Kami akan menggunakan semua strategi untuk mencapai tujuan ini. Kami mengaku bertanggung jawab atas semua yang terjadi di jalanan saat ini," jelas dia.

Geng-geng bersenjata telah mengambil alih seluruh wilayah negara itu dalam beberapa tahun terakhir, melancarkan kekerasan brutal yang menyebabkan perekonomian dan sistem kesehatan masyarakat Haiti terpuruk.

Pada saat yang sama, negara Karibia tersebut juga dilanda kerusuhan sipil dan politik yang meluas, dengan ribuan orang turun ke jalan dalam beberapa pekan terakhir untuk menuntut Henry mundur setelah dia menolak melakukan hal tersebut sesuai jadwal.

Untuk diketahui, berdasarkan kesepakatan politik yang disepakati setelah pembunuhan presiden Jovenel Moise pada tahun 2021, Haiti seharusnya mengadakan pemilu dan Henry menyerahkan kekuasaan kepada pejabat yang baru terpilih pada tanggal 7 Februari tahun ini. Namun, hal tersebut tidak terjadi.

Serangan-serangan akhirnya terjadi ketika Henry saat ini berada di Kenya, yang akan mengepalai misi multinasional yang mendapat izin dari Dewan Keamanan PBB untuk membantu polisi Haiti merebut kembali kendali negara tersebut.

A demonstrator holds up a Haitian flag during a protest against Prime Minister Ariel Henry's government and insecurity, in Port-au-Prince, Haiti March 1, 2024. REUTERS/Ralph Tedy Erol/File Photo Purchase Licensing RightsFoto: Seorang pedemo mengangkat bendera Haiti. (REUTERS/Ralph Tedy Erol/File Photo Purchase)

Dampak dari Kerusuhan

Seorang pejabat dari kepolisian mengatakan kepada AFP setidaknya satu petugas polisi terluka dalam pertempuran pada Kamis. Sekolah, universitas dan dunia usaha juga menghentikan aktivitas mereka.

Pada satu titik, mahasiswa Universitas Negeri Haiti sempat disandera sebelum dibebaskan, kata seorang dekan kepada AFP. Ia menambahkan setidaknya satu siswa tertembak dan terluka dalam pertempuran itu.

Beberapa maskapai penerbangan membatalkan penerbangan domestik dan internasional setelah pesawat dan terminal bandara diserang.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads