Kelaparan Mengerikan di Gaza, Warga Terpaksa Konsumsi Pakan Ternak

Kelaparan Mengerikan di Gaza, Warga Terpaksa Konsumsi Pakan Ternak

Haris Fadhil - detikNews
Minggu, 03 Mar 2024 13:37 WIB
Palestinians line up for a free meal in Rafah, Gaza Strip, Thursday, Dec. 21, 2023. International aid agencies say Gaza is suffering from shortages of food, medicine, and other essential supplies as a result of the two-and-a-half-month war between Israel and Hamas. (AP Photo/Fatima Shbair)
Ilustrasi antrean warga di Gaza saat berebut bantuan makanan (Foto: AP/Fatima Shbair)
Gaza -

Invasi Israel ke Gaza, Palestina, benar-benar membuat pilu warga yang tinggal di wilayah itu. Kelaparan akibat blokade Israel membuat warga Gaza terpaksa membuat makanan dari bahan pakan hewan ternak.

Dilansir Anadolu Agency dan BBC, Minggu (3/3/2024), salahs atu warga Gaza, Abu Qusay Abu Nasser (44) bercerita dirinya dan keluarganya menderita kelaparan hebat karena kekurangan makanan di rumah mereka di Gaza utara. Anak-anaknya kadang sampai menjerit-jerit saat terbangun dari tidur akibat kelaparan.

Abu Nasser mengaku tak mampu menemukan solusi cepat untuk memberi makan anak-anaknya di tengah perang yang terus terjadi dan blokade Israel yang menyebabkan bahan makanan sulit ditemukan. Situasi tersebut memaksa Abu Nasser menuju pasar kecil di kamp pengungsi Jabalia di Gaza utara untuk mencari bahan makanan bagi keluarganya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia melewati para pedagang yang memajang sayuran mereka, beberapa di antaranya tampak berjamur, dan mengamati ke kiri kanan berharap menemukan apapun yang dapat membantunya memberi makan anak-anaknya yang kelaparan. Nasser akhirnya cuma mendapat jagung kering dan selai yang dianggap sebagai pakan ternak di Gaza.

Abu Nasser berharap dapat menyiapkan roti dari bahan-bahan tersebut setelah persediaan gandum habis di bagian utara wilayah Gaza yang hancur akibat perang. Salah satu pedagang meletakkan sekantong kentang yang menunjukkan tanda-tanda pembusukan. Abu Nasser dan orang-orang yang lewat pun bergegas menghampirinya, berharap bisa membeli sesuatu yang bisa mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka.

ADVERTISEMENT

"Sejak pagi, saya keluar mencari makanan, jagung, dan selai untuk memberi makan anak-anak saya yang kelaparan," kata Abu Nasser.

"Sejak kemarin, saya baru makan satu kurma, dan anak-anak menangis kelaparan. Saya tidak tahu harus berbuat apa. Saya pergi ke pasar Jabalia, namun saya hanya menemukan jagung kering yang dimaksudkan sebagai pakan ternak untuk membuat roti," sambungnya.

Abu Nasser mengatakan jeda pertempuran selama seminggu yang sempat terjadi tak memberi perubahan apapun bagi warga di Gaza utara. Dia mengatakan bantuan yang datang tidak dapat memenuhi kebutuhan warga di utara Gaza.

Abu Nasser mengatakan dia sempat terpaksa mengonsumsi Khubbayza (malva) sejenis tanaman hijau liar. Namun, katanya, tanaman tersebut tidak tersedia lagi karena banyaknya orang yang berebut bahan pangan.

"Apakah pendudukan Israel menghukum kami dengan tidak menyediakan makanan dan minuman? Apakah karena kami belum semua mengungsi ke Jalur Gaza bagian selatan?" ujarnya. Dia berharap negara-negara Arab dan muslim segera mengirim bantuan bagi warga Gaza.

Seorang wanita Palestina yang mengungsi di salah satu sekolah di Jabalia, Rawiya Rizq, mengatakan tak ada apapun yang bisa dimakan. Dia mengatakan warga di sana hidup dalam kelaparan.

"Tidak ada makanan, dan kami hidup dalam kelaparan. Kami mengonsumsi pakan ternak yang jumlahnya semakin sedikit, dan penyakit menyebar dengan cepat. Anak-anak menderita campak dan hepatitis, sementara orang dewasa menderita diabetes dan tekanan darah tinggi," ujarnya.

Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

Lihat juga Video: Momen Perdana Bantuan AS Turun dari Langit Gaza!

[Gambas:Video 20detik]



Rizq menjelaskan pakan ternak juga langka dan mahal. Dia mengatakan pakan ternak tiga kilogram dijual dengan harga USD 219 atau setara Rp 3.438.727.

Seorang pekerja bantuan medis di Beit Lahia, Mahmoud Shalabi, juga mengatakan orang-orang di sana menggiling biji-bijian yang biasanya digunakan untuk pakan ternak menjadi tepung. Namun, katanya, bahan tersebut sudah habis.

"Orang tidak menemukannya di pasar," katanya. "Saat ini alat ini tidak tersedia di bagian utara Gaza dan Kota Gaza."

Dia juga mengatakan stok makanan kaleng sudah habis. Dia mengatakan orang-orang sudah tak punya apapun untuk makan.

"Apa yang kami dapatkan sebenarnya berasal dari enam atau tujuh hari gencatan senjata (pada bulan November) dan bantuan apapun yang diizinkan masuk ke utara Gaza sebenarnya telah dikonsumsi sekarang. Apa yang dimakan orang-orang saat ini pada dasarnya adalah nasi, dan hanya nasi," ujarnya.

Ibu empat anak di Beit Lahia, Duha al-Khalidi, mengatakan dia berjalan sejauh 9,5 km ke rumah saudara perempuannya di Kota Gaza, dalam keadaan putus asa mencari makanan. Dia melakukannya setelah anak-anaknya tidak makan selama tiga hari.

"Saya tidak punya uang, dan kalaupun saya punya, tidak ada apa-apa di pasar utama kota ini," katanya.

"(Adikku) dan keluarganya juga menderita. Dia membagikan pasta terakhir yang ada di rumahnya kepadaku," sambungnya.

Warga lain, Waad, merasa kematian tak bisa lagi dihindari. Dia mengaku takut tinggal di rumah dan juga tak ada makanan.

"Kami merasa kematian tidak bisa dihindari. Kami kehilangan lantai atas rumah kami, namun kami masih tinggal di sini meski takut runtuh. Selama dua minggu, kami tidak dapat menemukan apa pun di pasar; dan jika beberapa produk tersedia, harganya 10 kali lipat dari harga normalnya," ujar Waad.

Keluarga-keluarga di wilayah utara juga kesulitan mendapatkan pasokan air yang dapat diandalkan. Warga mengatakan air diberikan 15 hari sekali dan rasanya asin serta terdapat pasir di dalamnya.

"Banyak dari kami sekarang meminum air yang tidak dapat diminum. Tidak ada pipa, kami harus menggali untuk mendapatkan air," jelas Mahmoud Salah di Beit Lahia.

Menurut hasil pemeriksaan malnutrisi PBB baru-baru ini, tingkat malnutrisi akut secara keseluruhan pada anak usia 6-59 bulan di Gaza telah meningkat secara signifikan menjadi 16,2%, melebihi ambang batas kritis sebesar 15% yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia.

Israel telah melancarkan serangan mematikan di Jalur Gaza sejak serangan lintas batas oleh kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober, menewaskan lebih dari 30 ribu orang dan menyebabkan kehancuran massal dan kekurangan kebutuhan pokok. Sementara, hampir 1.200 warga Israel diyakini telah terbunuh.

Halaman 2 dari 2
(haf/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads