Presiden Rusia Vladimir Putin menerbangkan sebuah pesawat pengebom strategis berkemampuan nuklir Tu-160M yang telah dimodernisasi pada Kamis (22/2) waktu setempat. Hal ini kemungkinan akan dipandang oleh negara-negara Barat sebagai pengingat akan kemampuan nuklir Moskow.
Seperti dilansir Reuters, Jumat (23/2/2024), pesawat pengebom berukuran besar, yang diberi nama sandi "Blackjacks" oleh aliansi militer NATO, merupakan versi modern dari pesawat pengebom era Perang Dingin yang digunakan oleh bekas Uni Soviet jika terjadi perang nuklir untuk mengirimkan senjata dalam jarak jauh.
Tayangan televisi pemerintah Rusia menunjukkan Putin menuruni tangga dari pesawat pengebom Rusia itu setelah penerbangan, dan mengatakan kepada wartawan bahwa pesawat itu merupakan pesawat yang bisa diandalkan dan modern yang bisa diterima oleh Angkatan Udara Rusia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini adalah mesin baru, banyak hal baru. Lebih mudah untuk dikendalikan. Dapat diandalkan," sebut Putin.
Momen Putin menerbangkan pesawat pengebom itu terjadi saat Rusia dan negara-negara Barat sedang berselisih soal perang di Ukraina dan kematian tokoh oposisi Alexei Navalny di penjara.
Televisi pemerintah Rusia dalam tayangannya menampilkan sebuah pesawat raksasa, yang disebut oleh Moskow sebagai "Angsa Putih", lepas landas dan mendarat di landasan pacu milik sebuah pabrik pembuat pesawat supersonik modern itu di Kazan.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Simak juga Video: Putin Malah Apresiasi Biden Setelah Diejek 'Crazy SOB'
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan bahwa jalur penerbangan pesawat itu merupakan rahasia militer. Penerbangan yang membawa Putin, sebut laporan kantor-kantor berita Rusia, berlangsung selama 30 menit.
Pesawat pengebom Tu-160M itu memiliki empat awak dan mampu membawa 12 rudal jelajah atau 12 rudal nuklir jarak dekat, serta bisa terbang nonstop sejauh 12.000 kilometer tanpa mengisi ulang bahan bakar.
Doktrin nuklir Rusia menetapkan kondisi di mana seorang Presiden Rusia akan mempertimbangkan penggunaan senjata nuklir, yakni secara umum sebagai respons terhadap serangan yang menggunakan nuklir atau senjata pemusnah massal lainnya, atau terhadap penggunaan senjata konvensional terhadap Rusia "ketika keberadaan negara berada di bawah ancaman".