Bentrokan sengit terjadi antara pasukan militer Filipina dan kelompok militan lokal di wilayah selatan negara tersebut, saat Manila memburu militan yang mendalangi pengeboman misa Katolik di Marawi akhir tahun lalu. Sedikitnya tujuh orang tewas dalam bentrokan tersebut.
Seperti dilansir AFP, Senin (19/2/2024), juru bicara militer Filipina Kolonel Louie Dema-ala menuturkan kepada AFP bahwa bentrokan itu terjadi di area hutan dekat kota Munai di Pulau Mindanao pada Minggu (18/2) waktu setempat.
"Ini merupakan bagian dari operasi melawan Dawlah Islamiyah. Sayangnya, kami mengalami korban jiwa," ucap Dema-ala dalam pernyataannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tujuh korban tewas dalam bentrokan itu terdiri atas enam tentara Filipina dan satu militan setempat. Satu jenazah militan yang tewas itu ditinggalkan oleh kelompok militan bersenjata yang mundur dari lokasi bentrokan.
Empat tentara Filipina lainnya, sebut Dema-ala, mengalami luka-luka dalam bentrokan tersebut.
Kelompok Dawlah Islamiyah merupakan salah satu dari beberapa faksi kecil bersenjata yang menyatakan sumpah setia pada Islamic State (ISIS). Kelompok itu mengklaim tanggung jawab atas pengeboman misa Katolik di Marawi pada 3 Desember 2023, yang menewaskan empat orang dan melukai puluhan orang lainnya.
Militer Filipina mengatakan bahwa 10 anggota Dawlah Islamiyah tewas bulan lalu, termasuk pemimpin mereka yang bernama Khadafi Mimbesa yang diyakini sebagai dalang utama pengeboman itu.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
Rentetan serangan terhadap bus-bus, gereja-gereja Katolik dan pasar umum telah menjadi ciri kerusuhan yang berlangsung selama beberapa dekade terakhir di wilayah selatan Filipina.
Manila menandatangani pakta perdamaian dengan kelompok pemberontak terbesar di negara tersebut, Front Pembebasan Islam Moro, tahun 2014 lalu, yang mengakhiri pemberontakan bersenjata mematikan di wilayah tersebut.
Namun kelompok-kelompok militan kecil setempat menentang perjanjian damai itu, termasuk militan yang terkait ISIS.