Otoritas Rusia mengumumkan pengkritik paling terkemuka terhadap Kremlin, Alexei Navalny, meninggal dunia di dalam penjara Arktik tempatnya ditahan. Kematian Navalny ini menuai reaksi keras dari para pemimpin negara-negara Barat.
Para pemimpin negara ini kompak menuntut Presiden Vladimir Putin untuk bertanggung jawab.
Dilansir AFP dan Reuters, Sabtu (17/2/2024), Lembaga Pemasyarakatan Federal Distrik Otonomi Yamalo-Nenets mengatakan dalam pernyataannya bahwa Navalny (47) merasa tidak enak badan setelah berjalan-jalan di area kompleks penjara IK-3 di Kharp, yang berjarak 1.900 kilometer sebelah timur laut Moskow.
Disebutkan bahwa Navalny kehilangan kesadaran dan meninggal dunia tak lama kemudian. Ditambahkan juga oleh otoritas lembaga pemasyarakatan itu bahwa upaya resusitasi telah dilakukan terhadap Navalny, namun berujung kegagalan.
Petugas medis dari Rumah Sakit Labytnangi City menuturkan bahwa mereka menghabiskan lebih dari "setengah jam" untuk mencoba menyadarkan kembali Navalny.
"Dokter darurat menyatakan tahanan itu meninggal. Penyebab kematiannya sedang selidiki," papar keterangan resmi pengelola penjara itu merujuk pada Navalny, seperti dikutip BBC dalam laporannya.
Istri Navalny, Yulia, mengatakan kepada Konferensi Keamanan Munich bahwa dirinya tidak meyakini suaminya sudah meninggal karena "Putin dan pemerintahannya.. terus-menerus berbohong".
"Tapi jika ini benar, saya ingin Putin, seluruh kroni-kroninya, teman-teman Putin, pemerintahannya tahu bahwa mereka akan memikul tanggung jawab atas apa yang mereka lakukan terhadap negara kita, terhadap keluarga saya, terhadap suami saya," ucapnya.
Namun para pemimpin negara-negara Barat, termasuk Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, menuntut Putin untuk bertanggung jawab atas kematian Navalny. Berikut berbagai seruan pemimpin negara-negara Barat tersebut:
Presiden AS Joe Biden
"Jangan salah, Putin bertanggung jawab atas kematian Navalny," tegas Biden dalam pidatonya yang disiarkan televisi-televisi AS dari Gedung Putih.
"Apa yang terjadi pada Navalny adalah bukti lain dari kebrutalan Putin. Tidak seorang pun boleh tertipu," sebutnya.
Kanselir Jerman Olaf Scholz
Scholz mengenang saat-saat ketika dirinya berbicara dengan Navalny soal "keberanian besar" yang mendorongnya untuk pulang ke Rusia setelah memulihkan diri di Berlin usai percobaan peracunan yang menimpanya beberapa tahun lalu.
"Dia kini membayar keberaniannya dengan nyawanya," ucap Scholz.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
(dwia/rfs)