Kremlin atau kantor kepresidenan Rusia mengecam negara-negara Barat yang melontarkan tudingan-tudingan terhadap Moskow terkait kematian tokoh oposisi Alexei Navalny di dalam penjara. Kremlin menyebut tudingan Barat sebagai hal yang "benar-benar tidak bisa diterima".
Seperti dilansir AFP, Sabtu (17/2/2024), juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyebut para pemimpin Barat memberikan reaksi "histeris" terhadap kabar kematian Navalny.
Moskow, sebut Peskov, menganggap tudingan yang muncul dari negara-negara Barat tidak bisa diterima, mengingat belum ada informasi resmi soal penyebab kematian Navalny dari otoritas terkait.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Belum ada informasi mengenai penyebab kematiannya. Namun, pernyataan-pernyataan seperti itu terus bermunculan. Jelas sekali, (pernyataan-pernyataan) ini benar-benar gila," ucap Peskov mengomentari tudingan yang muncul dari negara-negara Barat soal keterlibatan Kremlin dalam kematian Navalny.
"Kami menganggap pernyataan-pernyataan seperti itu sama sekali tidak bisa diterima. Itu tidak bisa diterima," tegasnya dalam pernyataan yang dikutip kantor berita TASS.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova, dalam pernyataan terpisah yang dilaporkan kantor berita TASS, menilai negara-negara Barat dan negara-negara anggota NATO terburu-buru dalam melontarkan tudingan setelah kematian Navalny.
"Para pemimpin negara-negara NATO telah mengekspose diri mereka sendiri dengan reaksi spontan mereka terhadap kematian Navalny, dengan melontarkan tuduhan-tuduhan langsung terhadap Rusia," sebutnya.
"Belum ada pemeriksaan forensik yang dilakukan, tetapi Barat sudah menarik kesimpulan," ucap Zakharova menyindir negara-negara Barat yang menuding Rusia.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
"Kematian seseorang selalu merupakan sebuah tragedi. Daripada melontarkan tuduhan besar-besaran, kita harus menahan diri dan menunggu hasil resmi dari pemeriksaan medis forensik," demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Rusia.
Sebelumnya, otoritas Rusia mengumumkan bahwa Navalny (47) meninggal pada Jumat (16/2) waktu setempat di penjara Arktik, sekitar sebulan sebelum pemilu yang akan memperpanjang kekuasaan Putin digelar.
Lembaga Pemasyarakatan Federal Distrik Otonomi Yamalo-Nenets mengatakan dalam pernyataannya bahwa Navalny merasa tidak enak badan setelah berjalan-jalan di area kompleks penjara IK-3 di Kharp, yang berjarak 1.900 kilometer sebelah timur laut Moskow.
Disebutkan bahwa Navalny kehilangan kesadaran dan meninggal dunia tak lama kemudian. Ditambahkan juga oleh otoritas lembaga pemasyarakatan itu bahwa upaya resusitasi telah dilakukan terhadap Navalny, namun berujung kegagalan. Petugas medis dari Rumah Sakit Labytnangi City menuturkan bahwa mereka menghabiskan lebih dari "setengah jam" untuk mencoba menyadarkan kembali Navalny.
"Dokter darurat menyatakan tahanan itu meninggal. Penyebab kematiannya sedang selidiki," papar keterangan resmi pengelola penjara itu merujuk pada Navalny, seperti dikutip BBC dalam laporannya.
Navalny, yang dianggap sebagai pengkritik paling keras terhadap Putin, tengah menjalani hukuman penjara 19 tahun. Vonis terhadapnya dinilai bermotif politik. Dia dipindahkan ke sebuah pulau khusus yang dibangun sebagai penjara pada tahun 2023. Penjara di distrik Yamalo-Nenets, Lingkar Arktik, itu diyakini sebagai salah satu penjara terberat di Rusia.