China memberikan peringatan terbaru setelah Amerika Serikat (AS) bersumpah untuk membalas serangan drone yang menewaskan tiga tentaranya di Yordania. Beijing mengingatkan akan adanya "siklus pembalasan" di Timur Tengah jika Washington sungguh melancarkan pembalasannya.
Seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Selasa (30/1/2024), tewasnya tiga tentara AS dalam serangan di Yordania menjadi kematian pertama di kalangan militer AS dalam serangan di kawasan tersebut sejak perang berkecamuk antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza pada Oktober tahun lalu.
Situasi itu memicu kekhawatiran akan meningkatnya konflik di kawasan. Reaksi keras diberikan oleh Washington, dengan Presiden Joe Biden berjanji untuk meminta pertanggungjawaban dari pihak di balik serangan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perlawanan Islam di Irak, aliansi kelompok bersenjata yang didukung Iran, mengklaim serangan itu. Disebutkan bahwa serangan tersebut merupakan respons atas dukungan AS terhadap Israel dalam perang di Jalur Gaza yang telah menewaskan lebih dari 26.000 orang.
Sementara Teheran sendiri membantah pihaknya mendukung kelompok yang mendalangi serangan tersebut.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, dalam pernyataan pada Selasa (30/1) waktu setempat, mengatakan bahwa Beijing "mencatat laporan mengenai korban jiwa yang disebabkan oleh serangan terhadap pangkalan militer AS".
"Kami juga mencatat bahwa Iran menyatakan tidak ada hubungannya dengan serangan tersebut," ucap Wang.
Simak Video 'AS: Kami Tak Ingin Perang dengan Iran':
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
"Kami mengharapkan semua pihak terkait akan tetap tenang dan menahan diri... untuk menghindari siklus setan pembalasan dan mencegah eskalasi ketegangan regional lebih lanjut," cetusnya.
"Situasi di Timur Tengah saat ini sangat kompleks dan sensitif," ujar Wang mengingatkan.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby, sebelumnya mengatakan kepada wartawan bahwa AS "tidak ingin berperang dengan Iran". Namun dia juga menambahkan bahwa serangan itu "bersifat eskalasi" dan "memerlukan respons".