Kelompok pemberontak Houthi melancarkan serangan rudal terhadap sebuah kapal tanker milik Amerika Serikat (AS) yang sedang berlayar di perairan Laut Merah. Komando Pusat AS menyebut serangan rudal itu menghantam perairan di dekat kapal tanker tersebut.
Seperti dilansir Reuters, Jumat (19/1/2024), Komando Pusat AS dalam pernyataan via media sosial X mengonfirmasi serangan rudal itu terjadi pada Kamis (18/1) malam, sekitar pukul 21.00 waktu Yaman.
Komando Pusat AS mengatakan serangan rudal itu tidak memicu korban luka dan tidak menyebabkan kerusakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Houthi, yang menguasai sebagian besar wilayah Yaman, mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Kelompok yang didukung Iran ini, menyatakan mereka menargetkan kapal tanker bernama Chem Ranger dengan dua rudal anti-kapal yang diklaimnya langsung mengenai target.
Namun Komando Pusat AS melaporkan bahwa serangan rudal itu jatuh di perairan dekat kapal tanker tersebut.
Layanan pemantau kapal tanker, TankerTrackers.com, melaporkan via media sosial bahwa sistem identifikasi otomatis (AIS) pada kapal tanker itu mati sebelum melintasi perairan dekat Yaman.
"Kapal tanker kimia yang berukuran kecil itu meninggalkan pelabuhan Laut Merah di Jeddah, Arab Saudi, menuju ke Kuwait, namun AIS pada kapal itu menjadi offline sebelum kapal melanjutkan pelayaran ke selatan melewati Yaman," sebut TankerTrackers.com dalam laporannya.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Saksikan juga 'Houthi Klaim Berhasil Serang Kapal AS di Teluk Aden':
Serangan-serangan yang didalangi Houthi terhadap kapal-kapal di Laut Merah dan sekitarnya dalam beberapa pekan terakhir telah memperlambat perdagangan antara kawasan Asia dan Eropa, serta memicu kekhawatiran negara-negara besar akan eskalasi perang yang berkecamuk di Jalur Gaza.
Houthi menyebut serangan mereka merupakan bentuk solidaritas terhadap warga Palestina yang terus digempur militer Israel di Jalur Gaza.
Sejak pekan lalu, AS melancarkan serangan terhadap target-target Houthi di wilayah Yaman. Pekan ini, Washington kembali memasukkan Houthi ke dalam daftar kelompok teroris.
Presiden Joe Biden, pada Kamis (18/1) waktu setempat, juga mengatakan kepada wartawan bahwa serangan udara akan terus berlanjut jika AS tidak bisa menghentikan serangan-serangan Houthi.