Sebuah kesepakatan baru telah tercapai antara Israel dan Hamas yang terus berperang di Jalur Gaza. Kesepakatan terbaru ini akan memungkinkan pengiriman obat-obatan kepada para sandera Israel yang masih ditahan di Jalur Gaza, dengan imbalan penyaluran bantuan kemanusiaan ke daerah kantong Palestina tersebut.
Seperti dilansir AFP, Rabu (17/1/2024), kesepakatan ini dicapai oleh Israel dan Hamas dengan mediasi yang dilakukan oleh Qatar dan Prancis. Isi kesepakatan itu diumumkan oleh Doha dan Tel Aviv dalam pernyataan pada Selasa (16/1) waktu setempat.
Dalam pernyataan yang dikutip kantor berita Qatar News Agency (QNA), Doha mengumumkan kesepakatan terbaru "antara Israel dan (Hamas), di mana obat-obatan dan bantuan kemanusiaan lainnya akan dikirimkan kepada warga sipil di Gaza... sebagai pertukaran dengan pengiriman obat-obatan yang dibutuhkan oleh para sandera Israel di Gaza".
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kantor Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu secara terpisah mengonfirmasi kesepakatan itu dalam pernyataan yang dirilisnya.
"Obat-obatan tersebut akan diteruskan oleh perwakilan Qatar di Jalur Gaza menuju ke tujuan akhir," demikian pernyataan kantor PM Netanyahu.
Menurut kantor kepresidenan Prancis yang turut menjadi mediator dalam kesepakatan ini, pasokan obat-obatan itu ditujukan untuk 45 sandera di Jalur Gaza.
Disebutkan juga bahwa awalnya ada 83 sandera yang diidentifikasi membutuhkan pengobatan pada November tahun lalu, namun sekitar 38 sandera di antaranya ternyata telah dibebaskan atau terbunuh.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Saksikan juga 'Lebih 100 Hari Hadapi Agresi Militer Israel, Gaza Dilanda Kelaparan':
Setelah nantinya tiba di rumah sakit di Rafah, yang terletak di perbatasan selatan Jalur Gaza, pasokan obat-obatan itu akan diterima oleh Komite Palang Merah Internasional, kemudian dibagi menjadi beberapa kelompok dan segera disalurkan kepada para sandera.
Direktur Pusat Komite Palang Merah Internasional, Philippe Lalliot, menambahkan bahwa pengiriman obat-obatan itu akan berlangsung selama tiga bulan, dan pelaksanaannya dikoordinasi oleh pusat krisis Kementerian Luar Negeri Prancis, yang membeli pasokan obat-obatan itu dan mengirimkannya melalui kantong diplomatik ke Doha pada Sabtu (20/1) mendatang.
"Obat-obatan dan bantuan itu akan meninggalkan Doha besok menuju ke kota Al-Arish di Republik Arab Mesir, dengan menggunakan dua pesawat Angkatan Bersenjata Qatar, dalam persiapan untuk diangkut ke Jalur Gaza," tutur juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majid Al-Ansari, kepada Qatar News Agency.
Seorang diplomat yang mendapat penjelasan soal kesepakatan itu mengatakan kepada AFP bahwa kesepakatan tersebut menyusul kunjungan keluarga sandera ke Qatar dan pertemuan dengan para PM negara-negara Teluk.
"Qatar telah mempercepat keterlibatan dengan Hamas dan Israel mengenai perlunya menyalurkan obat kepada para sandera dan kepada warga sipil Palestina di Gaza. Kedua pihak telah menunjukkan kesediaannya," sebut diplomat yang enggan disebut namanya itu.
Menurut diplomat itu, para mediator sedang berupaya memfinalisasi detail dan mendiskusikan pengiriman logistik dengan organisasi internasional, sembari menekankan bahwa pembicaraan itu terpisah dari upaya lebih luas menuju gencatan senjata di Jalur Gaza.