"Rudal balistik digunakan untuk menghancurkan pusat spionase dan pertemuan kelompok-kelompok teroris anti-Iran di wilayah tersebut malam ini," imbuh pernyataan pada Senin (15/1) malam waktu setempat.
Iran sebelumnya bersumpah akan membalas dendam atas pembunuhan tiga anggota Garda Revolusi Iran di Suriah pada Desember tahun lalu. Salah satu yang tewas merupakan seorang komandan senior Garda Revolusi Iran yang pernah menjadi penasihat militer di sana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Garda Revolusi Iran, dalam pernyataannya, juga menegaskan pembalasan akan berlanjut dengan serangan-serangan terhadap target Israel akan terus dilakukan.
"Kami memastikan bangsa kami bahwa operasi ofensif Garda Revolusi (Iran) akan terus berlanjut sampai titik darah terakhir para martir terbalaskan," tegas Garda Revolusi Iran dalam pernyataannya.
Reaksi keras diberikan oleh Perdana Menteri Kurdi Irak, Masrour Barzani, atas serangan itu. Dalam pernyataan yang dirilis kantornya, Barzani mengecam serangan di wilayah Erbil itu sebagai "kejahatan terhadap rakyat Kurdi".
Sementara dewan keamanan pemerintah Kurdistan menyebut sedikitnya empat warga sipil tewas dan enam orang lainnya mengalami luka-luka akibat serangan di Erbil tersebut. Salah satu korban tewas, menurut laporan sejumlah sumber keamanan dan medis Irak, adalah seorang pengusaha multi-jutawan Kurdi bernama Peshraw Dizayee.
Beberapa anggota keluarga Dizayee juga tewas, setelah salah satu rudal yang ditembakkan Iran itu menghantam rumah Dizayee. Dizayee yang dekat dengan klan Barzani yang berkuasa, memiliki bisnis terkemuka dalam sektor real-estate di Kurdistan.
Selain menyerang wilayah Kurdistan Irak, Garda Revolusi Iran juga menyatakan pasukannya "menembakkan sejumlah rudal balistik di Suriah dan menghancurkan para pelaku operasi teroris" di wilayah Iran, termasuk Islamic State (ISIS).
(nvc/ita)