Pemerintah China menegaskan bahwa reunifikasi dengan Taiwan tetap "tidak bisa dihindari" setelah Lai Ching-te, yang dijuluki Beijing sebagai sosok separatis berbahaya, memenangkan pilpres Taiwan pada 13 Januari lalu.
Seperti dilansir AFP, Senin (15/1/2024), Lai yang juga dicap oleh China sebagai ancaman terhadap perdamaian ini, berhasil memenangkan pilpres yang digelar Sabtu (13/1) waktu setempat. Dia mewakili Partai Progresif Demokratik (DPP) yang berkuasa di Taiwan selama kepemimpinan Presiden Tsai Ing-wen, pendahulu Lai.
Dengan demikian, kemenangan Lai itu juga menjadi kemenangan DPP untuk tiga periode berturut-turut berkuasa di Taiwan, yang belum pernah terjadi sebelumnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lai baru akan mulai menjabat sebagai Presiden Taiwan pada 20 Mei mendatang, menggantikan Tsai yang mengakhiri masa jabatannya selama dua periode.
Dalam pernyataannya, Lai menyatakan diri sebagai pembela cara hidup demokratis yang berlaku di Taiwan.
Setelah Lai diumumkan sebagai pemenang pilpres, Kantor Urusan Taiwan di Beijing merilis pernyataan yang isinya menegaskan bahwa reunifikasi tetap tak terhindarkan.
"(Hasil pemilu) Tidak akan menghalangi tren reunifikasi China yang tak terhindarkan," tegas juru bicara Kantor Urusan Taiwan di Beijing, Chen Binhua, dalam pernyataannya seperti dikutip kantor berita Xinhua.
Chen menyebut bahwa hasil pemilu di Taiwan, baik pemilu parlemen maupun pilpres, menunjukkan bahwa DPP yang berkuasa "tidak bisa mewakili opini publik arus utama di pulau tersebut".
Simak Video 'Ekonomi China Sedang Tidak Baik-baik Saja':
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.