Ungkapan penyesalan disampaikan China usai Amerika Serikat memberikan ucapan selamat kepada Presiden baru Taiwan yaitu Lai Ching-Te. Chhina mendesak AS untuk menghentikan interaksi resminya dengan Taiwan.
Lai Ching-Te terpilih sebagai Presiden baru Taiwan usai pemilihan umum yang digelar pada Sabtu (13/1/2024). Dilansir AFP, Lai --yang dicap oleh Beijing sebagai ancaman terhadap perdamaian di kawasan yang menjadi titik konflik tersebut-- mendapatkan masa jabatan ketiga berturut-turut yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk Partai Progresif Demokratik (DPP) dalam Pemilu pada hari Sabtu. Sebelumnya Lai Ching-te menjabat sebagai Wakil Presiden Taiwan.
China mengklaim Taiwan yang demokratis, yang dipisahkan dari daratan oleh selat sepanjang 180 kilometer (110 mil), sebagai miliknya dan menolak mengesampingkan penggunaan kekerasan untuk mewujudkan 'unifikasi', bahkan jika konflik tampaknya tidak akan terjadi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beijing, yang sebelum pemungutan suara menyebut Lai sebagai 'bahaya besar' dan mendesak para pemilih untuk menghindarinya, mengatakan pada hari Sabtu bahwa hasil tersebut tidak akan menghentikan 'tren reunifikasi Tiongkok yang tidak dapat dihindari'.
Dalam pidato kemenangannya, Lai mengatakan dia akan menjaga perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan, dan berjanji mempertahankan dari agresi Cina.
"Kami bertekad untuk menjaga Taiwan dari ancaman dan intimidasi yang terus berlanjut dari Tiongkok," katanya kepada para pendukungnya.
Dengan penghitungan suara dari seluruh TPS, Komisi Pemilihan Umum Pusat mengatakan Lai meraih 40,1 persen suara, mengungguli Hou Yu-ih dari oposisi Kuomintang (KMT) dengan 33,5 persen.
Pemilu ini diawasi dengan ketat oleh Beijing dan Washington, mitra militer utama Taiwan, ketika kedua negara adidaya tersebut berebut pengaruh di wilayah yang secara strategis penting tersebut.
Lai berterima kasih kepada rakyat Taiwan karena telah "menulis babak baru dalam demokrasi kita" dengan menentang ancaman dan peringatan dari Tiongkok yang merupakan negara satu partai.
"Kami menyampaikan kepada masyarakat internasional bahwa antara demokrasi dan otoritarianisme, kami akan berpihak pada demokrasi," katanya, seraya menambahkan bahwa ia juga akan berusaha menjalin pertukaran dengan Tiongkok.
Biden Ucapkan Selamat
Presiden AS Joe Biden mengucapkan selamat atas terpilihnya Lai Ching-te sebagai Presiden Taiwan yang baru. Namun, AS menyatakan tidak mendukung kemerdekaan Taiwan.
Dilansir AFP, Joe Biden merespons pertanyaan wartawan terkait posisi Washington terhadap Taiwan, di mana Lai mendukung kemerdekaan dan telah menyatakan dirinya sebagai pembela cara hidup demokratis di pulau itu. Biden menegaskan pihaknya tidak mendukung Kemerdekaan Taiwan.
"Kami tidak mendukung kemerdekaan," ujar Biden.
Dalam sebuah pernyataan, Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, memberi hormat kepada Lai atas kemenangannya dalam pemungutan suara pada hari Sabtu. Blinken memuji 'sistem demokrasi dan proses pemilihan yang kuat' di negara dengan pemerintahan mandiri tersebut.
Blinken menambahkan bahwa Washington berkomitmen untuk menjaga perdamaian dan stabilitas lintas Selat, dan penyelesaian perbedaan secara damai, bebas dari paksaan dan tekanan.
Lai --yang dicap oleh Cina sebagai ancaman terhadap perdamaian-- berjanji untuk membela Taiwan dari 'intimidasi' China.
Amerika Serikat mengatakan awal pekan ini mereka berencana mengirim delegasi tidak resmi ke Taiwan setelah pemungutan suara dan memperingatkan China terhadap segala provokasi militer.
Beijing bereaksi dengan mengecam kunjungan resmi antara Taiwan dan Amerika Serikat. Beijing juga meminta Washington untuk menahan diri dari campur tangan dalam pemilu Taiwan.
Protes China di halaman berikutnya
Protes China
Sementara itu, China menyesalkan pernyataan Amerika Serikat terkait pemilu Taiwan. Protes China itu disampaikan setelah AS mengucapkan selamat kepada Lai Ching-te yang terpilih menjadi Presiden baru Taiwan.
Dilansir AFP, China memandang Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan tidak menutup kemungkinan akan menggunakan kekerasan untuk merebut pulau itu suatu hari nanti. Sementara itu, Juru bicara Kementerian Luar Negeri China mengatakan pernyataan AS "mengirimkan sinyal yang sangat salah kepada pasukan separatis 'kemerdekaan Taiwan'.
"Kami sangat menyesalkan dan dengan tegas menentang hal ini, dan telah menyampaikan pernyataan serius kepada pihak AS," kata juru bicara tersebut.
Jubir Kemenlu China Mereka menambahkan bahwa pernyataan Washington 'sangat melanggar prinsip satu Tiongkok' serta janjinya untuk hanya mempertahankan hubungan tidak resmi dengan Taiwan.
"Kami mendesak AS untuk menghentikan interaksi resminya dengan Taiwan dan berhenti mengirimkan sinyal yang salah kepada kekuatan separatis untuk 'kemerdekaan Taiwan'," kata juru bicara tersebut.