Gelombang tsunami setinggi tiga meter ternyata sempat menerjang, tanpa memicu kerusakan, sebuah pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di area Ishikawa, Jepang, usai gempa dahsyat mengguncang pada 1 Januari lalu.
Seperti dilansir AFP, Rabu (10/1/2024), informasi ini baru diungkap ke publik oleh operator PLTN Shika yang ada di Prefektur Ishikawa sekitar lebih dari sepekan usai bencana alam itu melanda.
Gempa bumi dengan Magnitudo (M) 7,5 yang mengguncang pada Senin (1/1) lalu dan rentetan gempa susulan setelahnya, menewaskan sedikitnya 203 orang di Jepang, tepatnya di Ishikawa. Gempa itu meratakan rumah-rumah, merusak infrastruktur, dan membuat ribuan orang tidak mendapat pasokan listrik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hokuriku Electric Power, dalam pernyataan terbaru pada Rabu (10/1) waktu setempat, mengungkapkan bahwa gelombang tsunami setinggi satu meter tercatat di dekat PLTN Shika pada 1 Januari, sesaat setelah pukul 16.30 waktu setempat, atau sekitar 20 menit setelah gempa awal mengguncang.
"Analisis kami menunjukkan bahwa gelombang setinggi tiga meter terjadi sekitar pukul 17.45 waktu setempat," tutur juru bicara Hokuriku Electric Power kepada AFP.
Diungkapkannya informasi tersebut menjadi pengingat soal risiko terkait pembangkit nuklir di Jepang sekitar 13 tahun setelah tsunami dahsyat menghancurkan fasilitas PLTN di Fukushima dalam salah satu bencana nuklir terburuk di dunia.
Juru bicara Hokuriku Electric Power itu menekankan keamanan PLTN Shika, dengan menjelaskan bahwa pembangkit nuklir itu berada di ketinggian 11 meter di atas permukaan laut dan juga dilindungi oleh tembok laut atau seawall setinggi empat meter sejak insiden Fukushida terjadi tahun 2011 lalu.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Analisis soal tsunami tersedia setelah pihak Hokuriku Electric Power mengumpulkan data dari alat pengukur lepas pantai yang berhenti mengirimkan catatannya setelah gempa mengguncang.
Kerusakan kecil dilaporkan terjadi pada beberapa PLTN lainnya yang terletak di sepanjang pesisir Laut Jepang usai gempa mengguncang, termasuk kebocoran air yang digunakan untuk mendinginkan bahan bakar nuklir dan adanya pemadaman listrik sebagian pada salah satu pembangkit nuklir.
Operator pembangkit listrik tersebut menegaskan tidak ada bahaya kerusakan terhadap lingkungan atau PLTN itu sendiri.
Jepang yang merupakan salah satu negara paling rawan gempa di dunia, telah mematikan lebih dari 30 reaktor nuklirnya usai bencana alam dahsyat tahun 2011 lalu. Namun sekitar selusin reaktor nuklir di negara itu telah kembali beroperasi saat ini.