Australia Larang Salam Nazi, Pelanggar Bisa Dibui

Australia Larang Salam Nazi, Pelanggar Bisa Dibui

Novi Christiastuti - detikNews
Senin, 08 Jan 2024 10:55 WIB
Bendera Australia (AFP Photo)
Ilustrasi bendera Australia (dok. AFP Photo)
Canberra -

Otoritas Australia, mulai Senin (8/1) waktu setempat, secara resmi melarang salam Nazi dan melarang ditampilkannya juga penjualan simbol-simbol terkait kelompok teror. Undang-undang yang mengatur larangan itu diberlakukan saat insiden antisemitisme meningkat setelah perang berkecamuk di Jalur Gaza.

Seperti dilansir Reuters, Senin (8/1/2024), undang-undang tersebut mengatur hukuman hingga 12 bulan penjara untuk setiap aksi melakukan salam hormat Nazi di depan umum, atau menampilkan simbol swastika Nazi atau lambang double-sig rune yang terkait dengan paramiliter Schutzstaffel (SS).

Penjualan dan perdagangan simbol-simbol tersebut juga dilarang di Australia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jaksa Agung Australia Mark Dreyfus, dalam pernyataannya, mengatakan bahwa undang-undang itu mengirimkan pesan yang jelas bahwa tidak ada tempat di Australia bagi mereka yang mengagungkan Holocaust atau aksi teroris.

"Ini merupakan undang-undang pertama dan akan memastikan tidak ada seorang pun di Australia yang boleh mengagungkan atau mengambil keuntungan dari tindakan dan simbol yang merayakan Nazi dan ideologi jahat mereka," tegas Dreyfus dalam pernyataannya.

ADVERTISEMENT

Undang-undang baru ini juga melarang ditampilkannya simbol-simbol terkait organisasi teror terlarang seperti ISIS, Hamas atau Partai Pekerja Kurdistan (PKK), di depan umum. Penjualan simbol-simbol organisasi teror itu juga dilarang.

Kendati demikian, ada pengecualian yang berlaku dalam undang-undang tersebut, yakni untuk penggunaan akademis, pendidikan atau artistik.

Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

Undang-undang yang diajukan sejak Juni tahun lalu dan disahkan pada Desember tahun lalu ini menjadi semakin penting di tengah meningkatnya antisemitisme dan Islamofobia setelah serangan mengejutkan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober tahun lalu.

Otoritas Tel Aviv melaporkan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, tewas akibat serangan Hamas itu dan sekitar 240 orang lainnya disandera.

Israel melancarkan rentetan serangan terhadap Jalur Gaza untuk merespons serangan Hamas itu, dengan laporan otoritas Gaza menyebut sedikitnya 22.835 orang, termasuk 9.600 anak, tewas sejauh ini.

Rekaman video yang belum diverfiikasi menunjukkan sekelompok kecil pria di luar gedung Opera yang ikonik berteriak "serang gas orang-orang Yahudi" dalam unjuk rasa pro-Palestina pada Oktober lalu. Teriakan itu memicu kemarahan di seluruh dunia dan mendorong penyelidikan kepolisian Australia.

Secara terpisah, Kepolisian Australia menangkap tiga pria pada Oktober lalu karena melakukan salam hormat Nazi di luar sebuah museum Yahudi di negara tersebut.

Menurut Dewan Eksekutif Yahudi Australia, ada lebih banyak insiden anti-Yahudi sepanjang Oktober dan November tahun lalu jika dibandingkan setahun sebelumnya.

Halaman 3 dari 2
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads