Kementerian Pertahanan Taiwan mendeteksi sebuah balon udara China terbang hingga melintasi garis median Selat Taiwan, yang memisahkan pulau tersebut dengan daratan utama China.
"Satu balon RRC (Republik Rakyat China) terdeteksi pada pukul 11.52 kemarin setelah melintasi garis media di Selat Taiwan ... berjarak 101 mil laut (187 kilometer) di sebelah barat daya Keelung (kota di Taiwan bagian utara)," demikian pernyataan Kementerian Pertahanan Taiwan, seperti dilansir AFP, Jumat (8/12/2023).
"Balon tersebut mengarah ke timur dan menghilang pada pukul 12.55 waktu setempat," imbuh pernyataan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kementerian Pertahanan Taiwan menyertakan gambar yang menunjukkan pergerakan balon udara itu dalam rute yang berkelok-kelok.
Pada Kamis (7/12) waktu setempat, Kementerian Pertahanan Taiwan mendeteksi tujuh pesawat militer China yang mengudara hingga melintasi garis median tersebut pada pukul 19.30 waktu setempat.
"Pesawat itu juga melakukan patroli tempur gabungan dengan kapal-kapal (China)," sebut Kementerian Pertahanan Taiwan dalam pernyataannya.
Disebutkan juga oleh Kementerian Pertahanan Taiwan bahwa pihaknya memantau dan mengerahkan 'sistem rudal berbasis darat untuk merespons'.
Laporan pada Jumat (8/12) pagi menyebut sedikitnya 27 pesawat melintasi garis median itu dalam jangka waktu 24 jam yang berakhir pukul 06.00 waktu setempat.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Belum ada tanggapan pemerintah China atas pernyataan Kementerian Pertahanan Taiwan tersebut.
China, dalam beberapa tahun terakhir, semakin meningkatkan tekanan militer dan politik terhadap Taiwan, yang diklaim sebagai wilayah kedaulatannya.
Meskipun Beijing mengerahkan sejumlah pesawat tempur dan kapal ke sekitar wilayah Taiwan hampir setiap hari, aktivitas malam hari oleh pesawat militer China dan kemunculan balon udara jarang terjadi.
Pada Februari lalu, sebuah balon mata-mata China yang terdeteksi mengudara melintasi wilayah Amerika Serikat (AS) ditembak jatuh oleh jet tempur Washington, yang kemudian memicu kehebohan diplomatik antara kedua negara.
Balon berukuran raksasa, yang membawa muatan perangkat elektronik berukuran besar itu, terbang melintasi sejumlah instalasi militer AS yang sensitif dan memicu kekhawatiran bahwa Beijing sedang mengambil data intelijen penting.
Seorang pejabat AS, yang tidak disebut namanya, menyatakan pada saat itu bahwa balon tersebut memiliki beberapa antena termasuk seorang rangkaian yang kemungkinan mampu mengumpulkan dan melakukan geolokasi komunikasi.
China membantah balon udara itu bertujuan mengumpulkan informasi intelijen dan menjelaskan bahwa balon itu menyimpang dari jalur penerbangannya saat memasuki wilayah udara AS.
Pada Juni lalu, Pentagon menyimpulkan bahwa balon udara itu tidak mengumpulkan data apa pun.